Pasalnya
harga kubis terus menurun hingga Rp 150 per kg. Hal ini dialami
petani kubis di Desa Dukuhdempok, Kecamatan Wuluhan. “Kalau harganya tetap Rp 150 per kg, tanaman akan
saya biarkan membusuk, biar jadi humus,” kata salah satu petani Khoirul Anam Selasa (20/9)
Akibatnya
sebanyak 30 ribu bibit di lahan 1 ha terpaksa dibiarkan, lantaran harganya murah, padahal mereka tanam dua
kali, akibat anomali cuaca. “Dalam
setiap hektar, biaya produksi mencapai Rp 50 juta lebih. Tahun ini meningkat
1,5 kali lipat, menjadi sekitar Rp 75 juta lebih per hektar,” keluhnya.
Banyak factor, penyebab
anjloknya harga kubis. Selain melimpahnya pasokan dari sejumlah daerah, anomali
cuaca dan ulah para spekulan, sehingga para petani menderita
bangkrut. “Saya harap pemerintah turun tangan, tak hanya soal intervensi pasar juga mengatur tataniaga tanaman jenis hortikulruta ini. ” harapnya.