Langkah itu dilakukan
karena tak ada dukungan biaya dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, baik
melalui Dinas Pendidikan maupun Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Kata
pendamping kontingen atlet silat Herman, kepada sejumlah wartawan di Jember,
Sabtu (5/11).
“Sebenarnya karena sudah terpaksa,
sehingga kami berangkat bersama adik-adik melalui jalur mandiri, padahal kami
sudah menyampaikan ke dinas terkait dan IPSI kabupaten Sumenep, namun katanya
tak ada anggaran untuk kegiatan Popda di kabupaten Jember,” katanya.
Ada 13 orang yang ikut
rombongan, 9 atlet , 4 official dan pendamping. Mereka patungan di tiga
perguruan silat yang memberangkatkan para atletnya. “Karena tekad kami
sudah kuat untuk mengharumkan nama Sumenep. Meski perjuangannya cukup berat,”
ujarnya.
Tekadnya membuahkan hasil,
Jaya Abadi Amroin meraih emas ajang Tanding Kelas G Putera, pelajar
kelas 11 SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Sidoarjo itu mengaku terharu. “kami
menginap di kosan. untuk makan, kami membeli nasi bungkus. Itupun sehari hanya
makan 2 kali,” kata Amroin.
Pesilat dari perguruan
ASAD ini menceritakan, rumah kos yang mereka tempati adalah bantuan dari
seseorang asal Sumenep yang telah menetap di Jember. Sebelumnya, Ia bersama
teman-temannya tidur di musala SMP Negeri 7 Jember, yang menjadi lokasi
pertandingan silat di ajang Popda tersebut.
Kondisinya begitu timpang
dibanding atlet lain. “Kami bisa menang mungkin karena pertolongan Allah.
Sebab, atlet lainnya makan nasi kotak dan tidur di hotel, sementara kami makan
nasi bungkus dan tidur beralaskan karpet dan tikar di rumah kos,” ceritanya
dengan mata berkaca-kaca.
Pemuda asal Dusun Tambangan, Desa Kalianget Timur,
Kecamatan Kalianget ini berharap, Pemkab Sumenep dan IPSI memperhatikan atlet
yang mengikuti lomba diluar daerah. atlet Sumenep berpotensi. “Rencananya,
24 Desember nanti kami akan ikut Popwil di Malang. Semoga kami juga bisa meraih
juara,” harapnya.