Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Keberadaan sumur bor di Desa Lojejer,
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Jawa Timur yang dibangun dari anggaran APBD mangkrak, padahal
nilai per proyeknya, mencapai 193 juta rupiah.
Akibatnya warga sekitar tidak bisa memanfaatkan sumber
air dari dua sumur bor yang terletak di dua dusun desa tersebut, dan terpaksa
hanya mengandalkan kebutuhan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari dari sumur
tetangga dan sumur yang dibuatnya sendiri.
Keberadaan sumur yang
mangkrak itu, masing-masing satu di Dusun Krajan, dan di Dusun Sulakdoro. Sumur
bor dusun krajan dibangun kisaran tahun 2001, sementara sumur yang di
Dusun Sulakdoro dibangun lima tahun kemudian yakni sekitar tahun 2016.
Muhammad Nurkozin, 32,
salah seorang warga Dusun Sulakdoro, mengaku, sejak pembangunannya selesai
kisaran tiga bulan, sumur itu sudah tidak dipakai. “Air sumur bor keruh, apalagi
berbayar, jadi warga merasa tidak perlu menggunakan sumur tu,” ujarnya saat
ditemui media Selasa pagi (21/3).
Lebih lanjut Nurkhozin
di wilayah Lojejer, diluar musim penghujan kedalaman sumur hanya
lima meter saja air sudah menyembur keluar, "Kalau permasalahan air
disini tidak bakalan kekurangan mas, " papar pria asal desa sebelah ujung
selatan Kecamatan Wuluhan ini.
Dia dan beberapa warga
lain juga mengaku tidak tahu menahu tentang proyek itu. Sebab, sesaat sebelum
pembangunannya, sumur bor yang berada di halaman depan rumah Kepala Dusun
Sulakdoro (Sugianto) tersebut itu tidak pernah ada sosialisasi kepada warga.
Kepala Desa Lojejer,
Joko Santoso, mengaku jika dirinya tidak begitu detail mengetahui proyek itu. Namun
sepengetahuannya berasal dari bantuan dinas Desperindag dengan perantara anggota
dewan. ”Itu bantuan dari Disperindag melalui salah seorang anggota legislatif.
Saya lupa namanya,” katanya (yond)