
Tak
ada yang berubah dengan pola kerjanya di bulan Ramadhan ini, lantaran tak mau tugasnya
terbengkelai, Ia tetap kerja keras dan tak jarang lembur hingga malam hari. Tampak
dimeja kerjanya menumpuk berkas di ruang kerjanya yang harus segera
diselesaikan. Sepertinya pekerjaannya tidak ada habis-habisnya.
Tumpukan
berkas yang menutupi sebagian tubuhnya itu di cek lembar demi lembar. “Untuk
menyelesaikan berkas kasus pidana, kami masih kerap lembur, berkas yang mengantre
harus dirampungkan”. Ungkapnya sembari melempar senyum saat di temui media
ini di Kantornya Rabu siang (21/6).
Meski
demikian dalam menjalani ibadah puasanya, orang nomor satu di Kejaksaan Negeri
(Kejari) Jember
Melakukan
dengan penuh kesederhanaan, bahkan sekedar membatalkan puasa, pria asal Solo yang
jauh dari anak dan istrinya ini, tak jarang berbuka puasa hanya dengan 3 biji
buah Kurma dan air meneral.
Dengan
kesibukannya, praktis dirinya jarang melakukan buka puasa di rumah dinasnya. Ia
kerap berbuka di dalam kantor, atau di tempat-tempat tertentu saat menerima
undangan buka bersama.” Saya kerap terima undangan buka bersama.” ujarnya.
Berpuasa
baginya tidak cuma saat Ramadan, bahkan Ponco ajeg puasa sunah, jumlah ganjil
ia pilih lantaran punya unsur kesunahan. Selama itu dirinya selalu berbuka
dengan tiga butir kurma, kalaupun ada pelengkap, hanya beberapa sendok madu dan
air putih. “Itu sudah cukup memulihkan energi saya,” Lanjutnya.
Biasanya,
ia baru menyantap makanan berat usai tarawih, Itupun asal perut terisi, tak
sampai kenyang. Pola itu, diajarkan Rasulullah. “Mengutip hadits yang
diriwayatkan Anas bin Malik RA, Rasulullah biasanya berbuka dengan ruthab
(kurma muda) sebelum shalat, bila tak ada, dengan kurma, atau satu tegukan air”.
Lanjutnya.
Ilmuan
Muslim, Dr. Abdul Jawwad ash-Shawi memaparkan, kurma merupakan buah kaya
glukosa, sifatnya mudah sekali terurai. selama berpuasa cadangan glukosa dalam
darah terus menipis. Oleh karena itu, saat berbuka idealnya tubuh mesti diberi
asupan glukosa yang cukup dengan mengkonsumsi kurma.
Aktifitas
itu nyatanya tak cuma dilakukannya saat berbuka. Ketika sahurpun tak jarang mengkonsumsi
tiga butir kurma dan ditutup dengan air putih, tanpa didukung makanan berat
lain seperti nasi. “Sudah biasa ya enak saja,” kelakarnya.
Sepanjang
jalannya Ramadaan ini, menurutnya Jember cukup memberikan atmosfer yang
kondusif untuk menjalani ritual puasa. Baginya, kondisi sosial Jember
memancarkan suasana spiritual yang menyatu dengan semangat Ramadan.” Suasana
Kota Santrinya terasa betul,” katanya.
Kendati
dirinya mesti menjalani Ramadan seorang diri, namun suasananya tetap khusuk. Bisanya,
dia baru sambang ke Solo tiap dua minggu sekali. Saat itulah Ponco baru bisa
berbuka bersama dengan keluarga tercintanya. “Saya sendirian di rumah dinas.
Anak dan istri saya di Solo,” akunya.