Jakarta. MAJALAH-GEMPUR.Com. Menpar, tetapkan Jember sebagai Kota Karnaval dunia, pasalnya event
Jember Fashion Carnaval (JFC), yang digelar selama
16 tahun ini menginspirasi
karnaval tanah air.
JFC juga
juga memiliki sederet prestasi
di kancah nasional dan Internasional, sangat
layak dipromosikan ke tingkat global. Demikian disampaikan Menteri Pariwisata (Menpar)
Republik Indonesia Dr Arief
Yahya, M.Si, dalam louncing JFC
ke-16 bertema “Victory Unity in Diversity”, Kamis (20/7) pukul 20.00 WIB.
Didampingi Presiden JFC Dynand Fariz, di
Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata
(Kemenpar), Arief, menegaskan, semua orang mengakui JFC berkelas dunia.
Untuk mewujudkan itu Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menetapkan Jember sebagai Kota Karnaval,” kata Arief, dalam rilisnya.
Penetapan
sebagai Kota Karnaval melalui Surat Keputusan (SK) Menpar itu dalam rangka
mengangkat Jember go Internasional. “JIka JFC ingin bersaing di level global
harus menyatukan langkah dalam Indonesia Incorporated. Untuk itu Kota Jember
harus diset menjadi Kota Karnaval berkelas dunia,” tegasnya.
Selain itu,
dari sisi cultural value, kreativitas JFC layak dijadikan magnet wisatawan
mancanegara (Wisman), namun dari sisi commercial value and financial value
masih belum bisa dikapitalisasi dengan baik. “Dengan
menjadikan sebagai Kota Karnaval dunia, sisi
commercial dan financial valuenya dapat dinaikkan,” lanjutnya.
Cultural value (nilai kultur / budaya)
maka kreativitas JFV diakui dunia, terbukti
dengan diraihnya sederet penghargaan internasional sebagai best national
costume dengan inspirasi dari berbagai daerah tanah air; Bali (2010) di
Indonesia. Toraja Karembau (2011) di Korea Selatan.
Papua di
Republik Dominica, Borneo (2014) di Polandia. Lampung (2014) di Tokyo, Jepang. Best national costume miss grand international 2016 di
Las Vegas, USA, Toraja Tongkonan (2015) di Polandia, Borobudor (2015) di Florida, USA, Betawi (2016) di Malaysia, dan Garuda (top 5 national costume miss
universe 2016 di Filiphina.
Fortopolio
bisnis pariwisata Indonesia, kata Arief Yahya, bersumber dari daya tarik budaya
(culture) 60 %, alam (nature) 35 %, dan daya tarik buatan manusia (manmade) 5 %
yang dikembangkan dalam produk wisata berupa event tourism dan MICE (Meeting,
Incentive, Convention, and Exhibition), kegiatan JFC 2017 akan meliputi
exhibition, carnival, conference, dan concert.
Dynand Fariz,
presiden JFC mengatakan bahwa tema JFC ke -16 tahun 2017 yang digelar pada 9 –
13 Agustus 2017 mendatang ini mengambil tema Victory yang berarti kemenangan,
sub tema Unity in Diversity adalah Kesatuan dalam Keberagaman.
Sekaligus
menggambarkan kemenangan Indonesia dalam berbagai kompetisi dunia yang diikuti
oleh 50 – 80 negara atas diraihnya best national costume male dan female peagant. “Victory
menggambarkan pula kemenangan atas keberhasilan bangsa Indonesia menyatukan
berbagai perbedaan (bhinneka tunggal ika) dalam bingkai NKRI,” tegas Ketua
Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI) ini.
Dalam catatan,
prestasi dan penghargaan yang diraih JFC berjumlah 12-13 penghargaan
internasional baik di ajang International Carnaval de Victoria 2016 di
Seychelles – Afrika, dan sekali kalah di Notting Hill (USA) dan Reunion France,
sekaligus sebagai satu satunya negara di Asia yang berhasil masuk peringkat
tiga besar.
Pada JFC 16, 9
– 13 Agustus 2017, pembukaan menampilkan penari dan pemain
gamelan Sriwijaya didukung Pemprovi Sumatera Selatan, JFC international
exhibition, international conference, kids carnival, artwear carnival,
wonderfull archiphelago carnival Indonesia (WACI), ditutup grand Carnival. (hms/eros)