
Kapolres
Jember AKBP Kusworo Wibowo, bersama pihak Perhutani dan TNI Senin (4/9) pagi mendatangi
Tempat kejadian Perkara (TKP). “Rencananya tadi malam, tapi medannya sangat
sulit dan tidak memungkinkan karana, harus jalan kaki sekitar 1,5 jam dari desa
terdekat.,” Jelas Kusworo di lokasi,
Dari
hasil penyelidikan di lapangan, Kusworo menduga bahwa kebakaran terjadi karena
faktor alam atau perburuan hewan. “Kalau untuk pembukaan lahan kayaknya gak
mungkin. Kita menduga, karena faktor alam atau perburuan hewan,” jelasnya.
Jika
dugaan perburuan hewan itu benar, ada indikasi kuat lahan itu sengaja dibakar,
pasalnya informasi warga dan petugas, lokasi ini banyak kijangnya, bisa juga faktor alam, karena banyak ditemukan daun jati
kering sampai 4 – 5 lapis. . “Namun untuk lebih jelasnya, kita lakukan
penyelidikan dulu,” tegas Kusworo.
Guna
mengantisipasi hal itu terjadi, pihaknya mengaku bersinergi dengan TNI dan
Perhutani, untuk melakukan patroli sesering mungkin, khususnya pada jam jam
rawan. “Selain itu, kita lakukan juga upaya preventif dengan memasang banner
pelarangan berburu dan membakar hutan,” jelas Kusworo.
Dalam
waktu dekat, pihaknya bersama Perhutani akan mengundang para Kades untuk
melakukan sosialisasi sekaligus pemahaman menjaga hutan. “Supaya kades bisa
getuk tular (dari mulut ke mulut, red) kepada masyarakat yang lain,” ungkap
Kusworo.
Sinergi
Polisi, TNI, Perhutani dan masyarakat, selama ini berjalan baik. “Waktu semalam
terjadi kebakaran, semuanya kompak turun. Tak sampai 2 jam, api berhasil dipadamkan.
Itupun belum dikurangi waktu perjaanan. Kebakaran diketahui jam 17.45 dan bisa
dipadamkan pukul 20.06,” ungkapnya.
Terlebih,
beberapa hari sebelumnya, Polres Jember bersama sejumlah pihak, telah melakukan
simulasi penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). “Sehingga semuanya
paham apa yang harus dilakukan saat kebakaran itu terjadi,” tegasnya.
Menurut
Administratur Perhutani KPH Jember, Karuniawan Purwanto Sanjaya, bahwa
kebakaran tidak sampai membakar pohon jati. “Jadi yang terbakar hanya lantainya
(permukaan tanah, red) saja. Kalau kayunya nihil (tidak ada yang terbakar).
Karena kayu jati itu sudah berumur 17 tahun dan cukup kuat,” tegasnya.
Guna
mengurangi potensi kebakaran, pihaknya akan melakukan pembakaran secara lokal.
“Kita akan buat kotak-kotak ukuran 10 x 10 meter, kemudian kita bakar (daun dan
ranting kering di tanah),” jelas Karuniawan. Disinggung soal luas lahan yang
terbakar, menurut Karuniawan sekitar 2 – 5 hektare.