
Sebanyak 250 peserta dari
15 kelompok seni yang meramaikan kegiatan bertema Jatayu Tiwikromo ini diantaranya
Jatilan, Can macanan kadduk, Tak-butaan, jaranan, gamelan, reog, tari, drum
band dan lain-lain yang dipusatkan di Alun-alun kota Jember ini.
“Jatayu Tiwikromo merupakan,
kolaborasi, kreativitas seni budaya, icon Jember, misal Jatilan, Can macanan
kadduk, Tak-butaan, jaranan, gamelan, dan sebagainya itu gambaran, wajah-wajah seni
budaya Jember”, Kata Ketua DKJ Jember, Eko Swargono, usai acara Gebyar Tari
Kolosal, Sabtu, (9/12/2017) dini hari.
Acara ini diharapkan memunculkan
kebersamaan. “Untuk itu DKJ, sebagai lumbung seni budaya, mencoba menginisiasi,
ruang publik (Alun-alun) jadi arena ekspresi pagelaran berbagai seni budaya
dari berbagai macam kelas, etnis dan budaya bersatu padu menjadi seni, yang
ekpresif, kolaboratif dan ekpresif”, Jelasnya.
Mudah-mudahan dari pentas Gebyar
Seni drama tari, dan Musik (Sendratasik) Kolosal ini, nilai universalitas seni
budaya di Jember ini akan terbangun. “Jatayu itu kan artinya sesosok atau
Garuda, dari bahasa klasik, sedang Tiwikromo adalah sedang menghayati perenungan
terhadap nilai-nilai kemulyaan”, katanya.
Kalau kita yakin kita punya
filosopi Pancasila, Tiwikromo itu sebenarnya suatu penghayatan, menyatupadukan
nilai-nilai Pancasila, dari perspektif seni budaya, kalau sudah jadi satu, maka
bentuk Tiwikromo itu Bheneka Tunggal Ika, Berbeda tapi tetap satu, kalau seperti
itu, itu kekuatan besar”, Jelasnya.
Nilai yang terkandung
dalam kegiatan ini adalah kesatu paduan
seni dari berbagi etnis, kelas dan budaya yang dilandasi dengan Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. “kegiatan ini akan jadi agenda tahunan, untuk tahun depan Temanya
Dewa Ruci, tunggu aja”, pungkasnya. (eros).