
“Kalau laut kita tidak jaga sejak dari sekarang tahun 3030 nanti, sampah dilaut Indonesia akan
lebih banyak plastiknya daripada ikannya” Kata Menteri KKP RI, Susi Pujiastutik
didampingi jajaranya dan Bupati Jember, dr Faida, MMR saat di Kongres Nelayan
di Puger Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (25/11/2018).
Bagaimana tidak banyak, bapak- ibu saat ke pasar, beli cabe satu on satu
kresek, beli bawang satu on, kresek, garam satu on, kresek, pulang satu rumah sudah
sepuluh kresek, itu satu keluarga, belum lagi mau nanam pisang, kresek, saluran
air penuh kresek dan mengalir kelaut, mau melaut juga membawa kresek.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu harus tau bahwa sampah plastik itu 450 tahun
pun tidak akan hancur, coba kalau tidak percaya, itu kresek yang bapak- ibu
pakai setiap hari, kubur, satu tahun keduk lagi, masih ada nggak, dua tahun,
dan 10 tahun keduk lagi, pasti masih ada”, jelasnya.
Jumlah itu menurutnya masih belum dihitung dengan sampah lain. Kalau
yang lain bisa hancur, cuba buktikan Sekarang
bapak saat njaring ada sampah plastiknya nggak dijaringnya? pasti ada sampah plastiknya. Nek seng ngomong
ora nono wowong libo (bohong).
“Catet, kata Bu Susi ngomongnya itu benar opo ora (benar apa tidak; Jawa
red). Sekarang sampahpunsudah sangat banyak,
bahkan kemaren ada ikan paus besar mati terdampar, setelah dibuka isi perutnya
ada sandal capit, panci, senar, pancing, tali rafia, kantong keresek dan lain
lain”, katanya didepan ribuan nelayan.
Menurut Susi di Bali, mulai satu Januari ini dilarang pemakaian kantong
plastic, sekali pakek, juga sedotan, plastic. “Di KKP minuman gini tidak boleh,
yang bawa kena denda 500 ribu, kenapa karena plastic-plastik ini, jadi sampah,
yang tidak bisa diurai dalam waktu ratusan tahun”, katanya.
Bayangkan seperti itu, kita sebenarnya sebagai bangsa Indonesia malu
sekali, tetapi karena bahwa laut adalah masa depan bangsa, maka mau-tidak mau harus
kita dijaga, oleh Negara, bersama aparatnya, bersama menterinya, Bupatinya dan
bersama rakyatnya, betul tidak?. Tanyanya yang dijawab betuuul.
Bangsa itu siapa? Pak Presiden, saya, njenengan semua, anak cucu kita,
nanti cicit kita, berarti laut harus digaga turun temurun, karena laut itu
warisan, bukan milik kita, dari nenek moyang kita ke kita, dari kita harus kita
turunkan ke anak cucu kita, betul tidak.
Bapak dan ibu, untuk itu kita ingin laut menjadi masa depan Indonesia
yang besar ini. “Jumlah penduduk kita no 5 terbanyak didunia, jadi ya harus
jadi bangsa yang luar bisasa, karena 75% dari didunia itu lautan, 70 % dari
wilayah Indonesia juga lautan, ditambah sungai, danau, hampir 85 % wilayah
Indonesia ini adalah air.
Jadi airlah yang seharusnya menjadi kehidupan, kalau laut Cuma biru saja,
tak ada ikan, minyak, terumbunya rusak, mau jadi apa? “Nelayan kelaut mau
berenang apa mencari ikan? Kalau tidak mau itu, mari dari sekarang kita semua
berjanji, tidak akan belanja memakai plastic lagi, bisa kan?
“Pada jaman dahulu sebelum ada plastic, kan ada ganefo, ada kantong
anyaman, tas berbahan yang dibuat tikar, kantong kain, nanti kan disamping
tidak lagi mengotori air laut dengan plastic, para pengrajin-pengrajin di
Jember kan juga bisa hidup”, katanya.
Untuk itu Pemerintah Pak Jokowi ini punya misi membangun kemaritiman
Indonesia menjadi nomor satu di dunia, karena apa, karena laut kita ini memang
nomor dua terpanjang dinunia, penduduknya terbanyak ke lima sedunia. Tapi nyatanya
bertahun-tahun eksportnya Indonesia cuman nomor tiga di Asia tenggara.
Yang mengancam laut itu atas ulah manusia pertama dari sampah plastic
dan yang kedua dulu sebelum pak Jokowi memerintahkan saya menangkap bersama
angkatan laut, polair, kemudian bakamla, PSDKP, dan kejaksaan, menenggelamkan
kapal, sekarang sudah 488 kapal kita tenggelamkan.
Hasilnya apa, ikan mulai banyak, di Indonesia Timur, mancing pakai jukung, mincing ikan tuna dapat dua ekor, 90
kilogram, dijual ke Ambon dapat duit 15 juta, di Sendang biru, ikan tuna
sekarang besar-besar sekali, di Arafuru sekarang satu hari mincing pakai rawe,
kapal 40, 50 gt dapat satu ton kakap merah harganya 70 ribu.
Cumi-cumi dari Arafuru, di pantai selatan di kampong saya sekarang sudah
mulai ada udang lagi, udang rebon ada, cumi-cumi banyak, gurita banyak . KUD
mayasari itu buk satu kecamatan omsetnya sudah 100 milyar per tahun, Tapi di
Pangandaran tidak ada alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Pemerintah ingin membantu rakyatnya untuk menjaga lautnya supaya ikan
terus tetap ada dan banyak , kalau ada sedikit tidak cukup untuk nelayan yang
segini banyak, nanti jalan sehari pulang kosong, yang pulang kosong mungkin
kurang sholawat sama tuhan, sembayangnya tidak rajin.
Tapi yang terakhir saya sering dapat SMS yang pakai jaring cantrang itu
banyak, ikannya habis kecil-kecil seperti ikan layur disiini contohnya. “inikan
layur setelah tiga bulan dilaut kan menjadi besar, dan sebetulnya kan kita
tidak usah ngasih makan, yang ngasih makan tuhan, mbok sabar nunggu besarnya to”,
jelasnya.
Di Pangandaran dulu satu hari dikampung saya 30 ton layur, 3 sampai ton
per biji, harganya 70 ribu, nelayannya rakus, serakah, mata jaringnya dikecilin
dibuat ¾ menjadi 1 inci ¼, saya bilang sampean ini piye mbok yo to (kamu ini
bagaimana), nanti pakai kelambu saja biar telornya semua kena,
Akibatnya dulu yang 30 ton 70 ribu, sekarang mencari 5 ton aja sudah
sudah, kecil-kecil, 500 perak di asin, ya enak, tapi kalau semua ikannya
ditangkepnya begini, ya bagaimana. Satu hari mata rantainya akan putus. Saya mengingatkan
kepada bapak-bapak
Pada tahun 70an Bandar siapi-api itu kota besar ikan terbesar di
Indonesia, udangnya, ikannya banyak, tapi sekarang sudah habis. Bagan si
api-api kosong, sekarang cari ikan ya dapat, tetapi dapatnya hanya sebesar
telunjuk jari. Hal Ini katanya sudah terjadi sekitar 50 tahun dan hingga kini
masih belum pulih.