 |
Pasalnya sebelumnya per kilonya hanya Rp 35 sampai Rp36 ribu, namun semenjak tiga hari lalu naik menjadi Rp 39 hingga Rp 40 ribu perkilonya. "Ya nggak tau apa penyebabnya, tau-tau harga dari pemasok naik," kata Devi salah satu Pedagang pasat tanjung, Sabtu (15/1/2022)
Kenaikan itu, katanya sangat mempengaruhi pembeli. Sebab biasanya dari 50 kilo, satu hari bisa terjual semua, namun sejak tiga hari ini, 50 kilo baru habis 2 hari. "Kadang sampai busuk dagingnya, mungkin orang takut yang mau beli," keluhnya.
Akibatnya, bukannya mendapat untung, untuk mengembalikan modalnya saja susah. "Malah nggak ada yang beli, ini saja balik modal saja untung, kadang saya nggak dapat apa-apa, semua habis untuk bayar kulinya (Pegawai) aja," Keluh Wanita yang berjualan sejak tahun 1980 ini.
Hal senada disampaikan, Sutimah. "Ini nggak ada hujan nggak ada angin, tiba-tiba naik, dan naiknya nggak seribu, dua ribu tapi langsung tiga ribu dan dampaknya bagi kami ya sepi pembeli, karena orang beli ingatnya kan waktu harga murah saja," curhatnya
Sutimah mengatakan bahwa jika banyak sisa yang tidak terjual, maka daging ayam potong tersebut dimasukan kulkas. Kemudian dijual lagi besoknya. "Kalau masih tidak terjual,terpaksa kita kasih murah, paling nggak selisihnya dua ribu hingga tiga ribu dari harga umum dipasaran," jelasnya
Kebanyakan pembeli sejak kenaikan harga tersebut adalah memiliki kedai dan warung makan. Sebab, kata Sutimah, mereka tiap hari harus jualan juga. "Kalau untuk konsumsi rumah tangga biasanya, dan orang-orang awam ya jarang yang beli, soalnya harganya segitu," tandasnya. (naw).
