Selamat Hari Jadi Jember ke 96

https://draft.blogger.com/blog/page/edit/1360945809311009771/7858131956542366929

Translate

Iklan

Atasi Kelangkaan Pupuk, Polije Latih Petani Muda Produksi Pupuk Organik dan Agensia Hayati Trichoderma spp

9.8.25, 21:36 WIB Last Updated 2025-08-09T14:36:37Z


Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com
- Kelangkaan pupuk kimia yang kerap terjadi di berbagai daerah menjadi tantangan serius bagi para petani, terutama generasi muda yang tengah merintis usaha pertanian.

Menjawab tantangan tersebut, Politeknik Negeri Jember (Polije) melalui Teaching Factory Rumah Organik menggelar pelatihan pembuatan pupuk organik dan agensia hayati Trichoderma spp bagi kelompok petani muda Desa Seputih.  Sumber dana: Pengabdian kepada Masyarakat dengan Skema TeFa didanai oleh PNBP Polije tahun 2025.

Kelangkaan pupuk kimia yang kerap terjadi menjelang musim tanam menjadi masalah serius bagi petani, termasuk para petani muda di Desa Seputih, Kecamatan Mayang. Keterbatasan pasokan pupuk subsidi, kenaikan harga bahan baku, serta lonjakan permintaan membuat petani sering kesulitan mendapatkan pupuk tepat waktu.

Akibatnya, mereka harus membeli pupuk nonsubsidi dengan harga tinggi atau mengurangi dosis pemupukan, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan hasil panen.

Kepala Desa Seputih, Kecamatan Mayang, Suryadi Sanjaya, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Politeknik Negeri Jember yang telah memberikan pendampingan langsung kepada petani muda di wilayahnya. Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia sekaligus memberikan pengetahuan baru yang dapat diterapkan secara berkelanjutan.

Ir. Iqbal Erdiansyah, S.P., M.P., IPP., selaku ketua tim pengabdian mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi mengatasi kelangkaan pupuk serta serangan patogen pada berbagai jenis tanaman budidaya di Desa Seputih.

Fokus Kegiatan adalah produksi pupuk organik kompos, karena pembuatan pupuk organik sebenarnya bukan hal baru bagi petani. “Namun, dalam kegiatan kali ini kami dari tim pengabdian menambahkan sedikit inovasi, yaitu menggunakan metode Takakura”. ujarnya.

Sementara anggota tim lainnya Dr. Ir. Nantil Bambang Eko S., M.Si., menjelaskan bahwa “Kompos bukan hanya sebagai pupuk, tapi juga berperan memperbaiki struktur tanah, menjadikannya lebih gembur dan kaya unsur hara”.  Selain pembuatan pupuk organik, tim pengabdian juga memperkenalkan penggunaan agensia hayati Trichoderma spp sebagai pendukung kesehatan tanaman.

 

Agensia hayati Trichoderma spp — mikroorganisme bermanfaat yang mampu menekan pertumbuhan berbagai patogen tanaman sekaligus meningkatkan kesuburan tanah. Ketua tim pengabdian, Iqbal Erdiansyah, S.P., M.P., IPP., menjelaskan bahwa “Inokulum Trichoderma sendiri banyak ditemukan di tanah yang kaya bahan organik dan berada di sekitar akar tanaman.

Jika diaplikasikan langsung ke tanah, Trichoderma akan mampu bertahan hidup karena tersedianya sumber makanan dan lingkungan yang mendukung”. Dengan kondisi tersebut, mikroorganisme ini dapat berperan aktif menekan perkembangan patogen, meningkatkan ketersediaan unsur hara, serta merangsang pertumbuhan akar sehingga tanaman menjadi lebih sehat dan produktif.

Anggota tim pengabdian, Mahindra Dewi Nur A., S.P., M.Si., menambahkan bahwa “Mikroorganisme ini perannya lebih efektif sebagai pencegah, sehingga aplikasi sebaiknya dilakukan sebelum tanaman terserang penyakit”.

Sementara itu, Irene Ratri Andia S., S.TP., M.Sc., bersama Drs. Suparto, M.M., M.Pd., memaparkan bahwa hasil perbanyakan Trichoderma biasanya terlihat dalam waktu satu hingga dua minggu, ditandai dengan perubahan warna beras menjadi hijau muda sebagai tanda bibit Trichoderma sp. telah berkembang biak.

Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan, antara lain Nanda Ayu Pinastika, Muhammad Syafiqil Khoir, M. Syadwan Tamimi, Melly Qodariyah, Jovita Thalia, Krisna Anggara, serta Rajid Khadafi, yang turut berperan aktif dalam penyuluhan terkait materi dan pendampingan demonstrasi perbanyakan Trichoderma dan pembuatan kompos di lapangan.

Respon petani muda desa seputih sangat positif. Banyak di antara mereka yang tertarik  dan ingin mencoba memproduksi Trichoderma spp secara mandiri. “Selama ini kami hanya mengandalkan pupuk kimia dan pestisida sintetis. Pelatihan ini membuka wawasan bahwa ada cara yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya,” ungkap salah satu peserta.

Melalui pelatihan ini, Tim Pengabdian Politeknik Negeri Jember menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi petani muda Desa Seputih dalam mengembangkan praktik pertanian yang mandiri, ramah lingkungan, dan berdaya saing.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan mereka agar mampu memproduksi pupuk secara mandiri, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, serta menjaga keberlanjutan usaha tani. (*)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Atasi Kelangkaan Pupuk, Polije Latih Petani Muda Produksi Pupuk Organik dan Agensia Hayati Trichoderma spp

Terkini

Close x