Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com - Jalanan di desa Cakru Kecamatan Kencong Jember Jatim Sabtu (6/9/2025) siang mendadak menjelma menjadi panggung budaya terbuka. Warga pun berbondong-bondong memenuhi tepi jalan menyaksikan rangkaian karnaval yang digelar untuk memperingati HUT Republik Indonesia ke-80.
Namun, karnaval kali ini bukan sekadar perayaan seremonial. Ini adalah ruang di mana sejarah, budaya, dan identitas bangsa berpadu menjadi satu. Sebanyak 33 peserta dari berbagai kalangan, anak-anak Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 08 Cakru, hingga kelompok masyarakat umum turut ambil bagian.
Mereka, menempuh perjalanan 3 km, seakan menghidupkan kembali kisah-kisah perjuangan lewat tari - tarian kostum Pahlawan Nasional. Penampilan Pokdarwis jadi magnet tersendiri. Mereka hadir dengan parade pahlawan nasional, lengkap dengan pakaian adat, tarian tradisional, dan teatrikal perjuangan.
Menurut Ketua Pokdarwis Amat, karnaval adalah sarana pendidikan kultural. Ia percaya, lewat kesenian dan budaya, semangat patriotisme dapat ditanamkan dengan cara menyenangkan. "Pesan ini terasa penting, sebab cinta tanah air sering kali lebih mudah tumbuh dari pengalaman langsung." katanya.
Dusun Igir-Igir, dengan tujuh Gedung Pendhem yang menjadi saksi bisu pendudukan Jepang, turut serta menambah nuansa historis. "Di sini, karnaval bukan hanya pertunjukan, melainkan pengingat bahwa di balik meriahnya parade, ada sejarah panjang yang pernah dilalui," ungkap Amat.
Inilah bentuk nyata bagaimana sebuah komunitas kecil menjaga memori kolektifnya, lalu membawanya ke ruang publik agar tidak dilupakan. Keberagaman juga terasa dalam tarian yang ditampilkan diantaranya, Tari Gumregahing, musik patrol Rowolumbu, hingga Tari Onmyouji dari Jepang.
Ketua panitia, Sutikno, menyampaikan bahwa karnaval ini wadah untuk meneguhkan kembali jati diri bangsa. "Karnaval, mengingatkan kita bahwa kebudayaan adalah pondasi, bukan hanya dekorasi perayaan, melainkan perekat yang menjaga bangsa ini tetap utuh." Tandasnya.
Sementara Kepala Desa Cakru, Heni Indaryani, menegaskan bahwa karnaval budaya adalah cara sederhana namun bermakna untuk memperkokoh persatuan. "Terima kasih atas partisipasi warga yang dengan sukarela menyumbangkan waktu, tenaga, dan kreativitas," ujarnya.
Pernyataan Kepala Desa Heni ini mengingatkan kepada kita semua, bahwa sebuah perayaan lokal bisa memiliki gema yang jauh lebih besar, menjaga rasa kebersamaan di tengah arus modernisasi yang kian mengikis solidaritas. (Wahyu/Eros)