Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com. Ragam budaya Banyuwangi benar-benar ditampil-pamerkan dalam Festival Kuwung. Kemegahan dan kemeriahannya
sangat mempesona dan memikat pengunjung.
Nampak hadir dalam Festival Kuwung, Walikota
Probolinggo H. Buchori, SH.M.Si, Kepala Disbudpar Provinsi Jatim Dra. Wiwiek
Widayati, Perwakilan Pemerintah Bondowoso, Situbondo, Jember dan Kediri, Vice
President Telkom Agus Mulyadi, Ketua Perbanas Sigit Purnomo, serta CEO Grup
Bosowa Erwin Aksa. (Humas/Hakim Said)
Festival
Kuwung tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat yang
menikmati kegiatan tahunan yang dihelat Sabtu (14/12) terkesima, sampai-sampai penonton
tak mampu beranjak dari pinggir jalan hingga pertunjukan berakhir.
Salah-satu
tampilan yang amat menarik, adanya pintu gerbang raksasa yang menjadi pembatas
antara defile dengan penonton, hingga ribuan penonton dibuat penasaran dengan
defile lain yang hendak muncul. Selain itu, penampilan para penari yang
membawakan berbagai tema juga terlihat lebih atraktif. Dengan balutan kostum
segar serta gerak tari yang indah semakin membuat penonton larut dalam
pesonanya.
Di-awali
opening musik rancak dari Luk-luk Lumbu, seolah menghipnotis penonton untuk
masuk ke dalam atmosfer Festival. Lalu dilanjutkan Bupati Abdullah Azwar Anas,
menyerahkan Godo ‘Wesi Kuning’ kepada tokoh yang berperan ‘Minak Jinggo’
sebagai pertanda dimulainya pawai Festival Kuwung.
Begitu
Adipati Minak Jinggo berlalu, ratusan penari masuk ke dalam arena pentas.
Mereka membawakan tarian Sampur Jingga Blambangan. Tarian ini mengisahkan awal
mula munculnya tari Gandrung, menampilkan transisi tari Gandrung mulai dari
tari Seblang, Gandrung Lanang dan Gandrung Wadon. Tarian Gandrung Lanang
menceritakan penari Gadrung Marsan, sebagai Gandrung laki-laki terakhir
disambut histeria penonton.
Rangkaian
opening kemudian disusul pertunjukkan drum band Korsik Pemkab Banyuwangi, yang
sebelumnya mengiringi penampilan BEC terbaik 2013. Kemudian sebagai bentuk
penghormatan, pada barisan awal defile secara berturut-turut menyuguhkan
penampilan seni budaya daerah tetangga, yakni Kabupaten Kediri, Ponorogo dan
Kota Probolinggo. Istimewanya, Walikota Probolinggo, nampak ikut di dalam
defile kesenian yang diusungnya guna menyapa masyarakat Banyuwangi.
Setelah
itu, penampilan inti dari Festival Kuwung akhirnya dimulai. Diawali dengan tema
sejarah yang mengangkat ‘Agul-agule Wong Agung Wilis’. Tema ini dibawakan
secara kreatif oleh para penampil. Memadukan tarian dan aksi teatrikal, penonton
lagi-lagi dibuat seolah terlontar ke dalam suasana nyata ketika terjadi perang
antara Wong Agung Wilis dengan VOC di bumi Blambangan. Terlebih dentuman suara
tembakan dan bom membuat penonton membayangkan betapa sengitnya perjuangan para
pahlawan Banyuwangi, kala itu.
Seterusnya,
barisan Industri Kreatif menyajikan ‘Dudu Jajang Kambang’, mengangkat berbagai
potensi bambu. Hasil kerajinan bambu mulai perabot rumah tangga hingga
aksesoris interior dipajang dalam mobil hias. Di segmen ini, para penari
menggunakan bambu sebagai aksesoris, baik di rambut maupun sebagai gelang dan
kalung yang semakin menambah cantik penampilan mereka.
Kemudian
pawai dilanjutkan defile Agro Wisata yang menampilkan Pesisir Manis Wetan. Tema
ini menggambarkan kegiatan masyarakat pesisir yang melakukan ritual mohon doa
keselamatan dalam mencari nafkah di laut. Defile dilanjutkan dengan barisan
Barong Ider Bumi. Puluhan Barong melenggak lenggok di sepanjang catwalk
pertunjukkan. Kehadiran mereka disebut sebagai salah satu ritual masyarakat
Using dalam menolak bala.
Sementara
barisan Adat Tradisi menampilkan Arak-arakan Kemanten Banyuwangi. Pada defile
ini ditampilkan adu bakat kemunjilan, yakni adu bakat yang harus dilakukan oleh
keluarga mempelai pria karena calon mempelai wanita merupakan anak bungsu, yang
menjadi kesayangan keluarga. Selain Kemanten Adat Using, arak-arakan ini juga
menampilkan berbagai adat kemanten yang ada di tengah masyarakat seperti
kemanten Jawa dan Madura.
Dan pada
barisan terakhir, tampillah tema objek wisata yang berjudul Syurganya Pulau
Merah. Dalam parade ini diperlihatkan tarian tukik yang dibawakan oleh penari
anak-anak. Selain itu juga ada teatrikal olahraga surfing yang dibawakan dengan
begitu apiknya oleh anak-anak muda Pulau Merah.
Bupati
Abdullah Azwar Anas, menyatakan tekadnya untuk terus memajukan budaya daerah.
“Kami akan terus membangun daerah. Dan kami juga akan tetap mempertahankan
budaya,” ungkapnya. Usai pertunjukan, Bupati Anas dan jajaran Forpimda beserta
seluruh SKPD berjalan di sepanjang rute dan langsung disambut hangat oleh
masyarakat Banyuwangi.