Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com.
Tamapk raut penuh kegembiraan
terpancar, saat Menteri PPPA naik odong-odong menuju panggung untuk membuka Festival
Egrang VIII di Tanoker, Sabtu (23/9).
Ditemani Bupati Jember dr Hj Faida, MMR, Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Prof Dr Yohana
Susana Yembise, Dip, Apling, M.A, yang akrap disapa Mama Yo ini, dengan senyum khasnya, tampak
acapkali
melambaikan tangannya ke kiri dan kanan.
“Halo… Hai, Haii…. Halo. Siapa
Kita .. Anak Indonesia. Anak Indonesia--Seratus Persen Cinta Indonesia”,
disambut tepuk tangan bersama” Sapanya kepada anak-anak dengan nada lantang
mengawali sambutannya dalam kegiatan yang digelar di halaman
Polsek Ledokombo, Jember Jawa Timur ini.
Dalam even yang diikuti peserta dari berbagai komunitas anak dari
beberapa wilayah di Indonesia yaitu,
NTT, NTB, Makassar Sulsel, Garut, Yogjakarta, alang, Madura dan
Jember, Mama Yo juga, mengapresiasi
segkaligus memberikan penghargaan kepada Jember sebagai
inisiator menuju Kabupaten Layak Anak (KAL).
Namun meski Jember telah berkomitmen memperhatikan hak anak, hak tumbuh kembang dan perlindungan
terhadap anak menurut Yohana perlu dukungan semua
fihak. “Itu butuh dukungan semua pihak, dan stakeholder. Semua harus terlibat
dan gotong royong, seperti yang dilakukan oleh Tanoker
ini,” ujarnya.
Sebelum menuju jalur, Festival Egrang yang menghadirkan Defile Papua ini, Yohana, menekankan semua
pihak komitmen, termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember yang sudah dituangkan dalam tandatangan komitmen menuju KAL
itu, mulai Kepala Desa, dunia usaha, pendidikan,
kesehatan, hingga masyarakat.
“Itu tugas berat dari Bupati dan Wakil Bupati Jember untuk
melaksanakannya. Karena harus dilaksanakan dengan berbagai tahapan. Semangat
kebersamaan dan kegotong royongan harus dibangun mulai dari Desa, hingga
Kabupaten melibatkan semua unsur masyarakat tanpa terkecuali,” ujar Menteri
Yohana.
Festival yang digelar ke 8 (Sewindu) ini dikreasikan keluarga Supomo – Cicik. Tanoker
terbentuk karena keprihatinan kala itu terhadap anak yang ditinggal orangtuanya
sebagai buruh migrant dalam waktu lama. Pengasuhan anak dan berbagai kasus
terjadi.
Tanoker diambil dari kata Tenoker (Madura) atau Kepompong. Diharapkan benar – benar menjadi wadah anak untuk
meningkatkan kreativitas, imajinasi, kecerdasan, memantapkan diri, dan wadah perlindungan
anak dari berbagai tantangan di luar.
Dengan semangat, dan mengorbankan pekarangannya Supomo dan Cicik,
menciptakan tempat bermain, asli permainan Indonesia
kuno, yang kemudian dimodifikasi sehingga anak - anak buruh mirgran menjadi terkontrol dan terlindungi. Pendidikan
juga terarah, hak anak juga ditingkatkan untuk tumbuh dan berkretifitas.
Di tahun ke delapan festival egrang ini, membuktikan bahwa dari
Desa, bisa menginspirasi dan membawa icon Kabupaten sebagai Desa yang gotong
royongnya sangat tinggi untuk membangun Indonesia. “Ini wujud konkret membangun
Indonesia dari Desa”.(hms)