Babak Baru Masa Depan Pedagang Pasar Kencong.
Pedagang Pasar Kencong sendiri sebagian menolak,
jika pasar baru dibangun di atas lahan PTPN XI. Mereka khawatir dengan status
tanah nantinya. Mereka menginginkan, agar rehabilitasi pasar tetap dilakukan di
atas lahan pasar lama yang pernah terbakar. Saat ini, para pedagang tersebut
masih berjualan di atas lahan pasar penampungan. (Rus)
Jember MAJALAH-GEMPUR.Com. Siang yang panas itu perlahan mulai teduh,
beberapa orang pengurus Persatuan Pedagang Pasar Kencong (P3K) terlihat mulai
memasuki Kantor Pemkab Jember. Perwakilan Pedagang ini hendak bertemu dengan
Bupati Jember, MZA Djalal, Rabu (11/1/12), untuk menyampaikan beberapa tuntutan
tentang masa depan pedagang pasar kencong, yang selama enam tahun terahir ini
nasib mereka terkatung-katung.
Sesampainya dilantai dua gedung Pemkab, langkah perwakilan pedagang itu mendadak
terhenti. Petugas Satpol PP yang ditugasi menjaga jalannya pertemuan, melarang
seluruh perwakilan masuk, dan hanya mengijinkan lima orang dari sembilan orang
yang turut dalam kesempatan itu. Larangan itu diprotes oleh H. Azizi, Ketua
P3K, dan sempat diwarnai ketegangan, “kalau kami tidak diperbolehkan masuk
semua, kami akan pulang,” pekik Azizi, yang mengancam akan menbatalkan
pertemuan tersebut.
Negosiasi mulai dilakukan, ahirnya seluruh perwakilan
pedagang diijinkan masuk dan mengikuti agenda tersebut. Didalam ruangan,
beberapa Pejabat tampak sudah hadir. Sekretaris Daerah (Sekda) jember,
Sugiharto, dan Kepala Dinas Pasar, M. Hasi Madani terlihat sudah duduk
mengelilingi meja oval didalam gedung itu.
Sembari menunggu MZA Djalal hadir, beberapa perwakilan
pedagang terlibat dialog santai dengan pejabat pemkab jember itu. Walaupun
masih tersisa guratan-guratan ketegangan diantara mereka.
“Assalamu’alaikum,” ucap Djalal yang memecah suasana saat
itu, dan dilanjutkan dengan berjabat tangan kepada para perwakilan
pedagang. Sekitar pukul 13.30 WIB,
dialog tersebut dimulai. Diawali dengan memperkenalkan diri sembilan orang
perwakilan pedang, Azizi menggugah kembali ingatan Djalal akan nasib pedagang
pasar kencong setelah api meluluh lantakkan lapak-lapak mereka, 15 Agustus 2005
silam, tepat dua hari sebelum hari kemerdekaan negeri ini diperingati.
“Tepatnya tanggal 6 Januari 2006, kita dipindah
kepenampungan, waktu itu njengenan (Djalal_red) juga ikut hadir. Namun selama enam
tahun ini tidak pernah ada koordinasi dari Pemkab kepada para pedagang, tahu-tahu
tahun 2009 ada pembangunan pasar. Sayangnya pembangunan pasar baru itu tidak
pernah ada sosialisasi dari Pemkab, baik itu informasi maupun musyawarah kepada
para pedagang pasar kencong,” terang,
Azizi, mengingatkan kejadian enam tahun yang lalu.
Diluar gedung hujan mulai turun, seolah mendinginkan
suasana yang mulai hangat. Azizi, saat itu mulai mempertanyakan status tanah diarea
pembangunan pasar baru yang saat ini masih menjadi milik PTPN XI, ia meminta kepada bupati agar tanah yang
nantinya akan ditempati oleh pedagang tersebut menjadi aset milik Pemkab
Jember, “entah dibeli ataupun melalui tukar guling,” katanya. Dalam kesempatan
itu Azizi juga meminta ada prioritas terhadap pedagang lama yang menjadi korban
kebakaran untuk menempati pasar baru nantinya.
Satu-persatu perwakilan pedagang menyampaikan
uneg-unegnya kepada bupati, pada intinya mereka meminta bupati segera mengambil
kebijakan akan nasib pedagang yang selama enam tahun terahir ini
terkatung-katung.
Dalam dialog itu ada satu fakta yang mencengangkan. Dari
sekitar 699 pedagang korban kebakaran, saat ini hanya tersisa 480 pedagang
saja, selebihnya ada yang melakukan transmigrasi bahkan ada mengadu nasib ke
negeri tetangga menjadi TKI. “Setelah desember 2011 kita melakukan pendataan,
ternyata jumlah pedagang hanya ketemu 480 itupun yang 20 orang adalah pedagang
baru. Terus kemana yang 200 sekian,” ungkap M. Sholeh, ketua LSM Mina Bahari,
yang turut mendampingi pedagang. Ternyata, lanjut Sholeh, sisanya mencari
peruntungan dengan bertransmigrasi bahkan ada yang keluar negeri menjadi TKI.
Kalimat demi kalimat disampaikan oleh para perwakilan
pedagang. MZA Djalal, yang saat itu duduk diujung timur meja berbentuk oval
tersebut, mendengarkan dengan seksama sembari menggulung tembakau dan sesekali
mengihisapnya. Hingga tiba gilirannya menanggapi permasalahan yang disampaikan
oleh pedagang.
Namun sebelum Djalal, begitu ia akrab disapa,
menanggapinya, terlebih dulu Djalal mempersilahkan anak buahnya untuk
menyampaikan beberapa hal mengenai kondisi terahir tentang permasalahan
pedagang pasar kencong. Diawali oleh Kepala Dinas Pasar, M. Hasi Madani,
kemudian disambung Sekda Jember, Sugiharto dan disusul kemudian oleh Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Ir. Merwin. Secara normatif mereka
menyampaikan laporannya kepada Djalal, dan diketahui pembangunan pasar kencong
baru tersebut mencapai 55 persen dan hingga kini sudah tidak ada pembangunan
lagi.
Ketika itu, suasana mulai hening saat Djalal mulai
menyampaikan tanggapannya atas persoalan yang dihadapi oleh para pedagang,
berkali-kali suami Sri Wahyuni tersebut meminta maaf kepada para perwakilan
pedagang. “Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas keruwetan-keruwetan
selama ini sehingga sampeyan-sampeyan tidak bisa berjualan dengan enak, saya
jadi bupati wes pirang-pirang tahun gak mari-mari (saya jadi bupati sudah
beberapa tahun, tapi tidak selesai_red),” tutur Djalal, seolah menyesali
kebijakannya atas persoalan pedagang pasar kencong yang terus berlarut-larut
dan tak menemukan penyelesaian.
Suasana mulai mencair seletah Djalal menyampaikan
permintaan maafnya. “Tapi saya tidak cukup meminta maaf saja, saya akan tebus
persoalan ini dan segera menyelesaikannya dengan baik,” paparnya. “persoalan
ini akan saya ambil alih secara pribadi, jadi jangan percaya kepada siapapun
termasuk kepada investor maupun kontraktor,” lanjutnya.
Mengenai masalah tanah yang saat ini masih menjadi milik
PTPN XI, Djalal berjanji akan mengambil alih tanah tersebut menjadi asset
Pemkab, “sudah, masalah tanah jadi tanggung jawab saya, kalau sampai ada yang
mengusir (pedagang_red) presiden obama sekalipun nanti akan berhadapan dengan
saya, kalau perlu nyawa saya tak kasikan, temenan pak,” janji Djalal seraya
meyakinkan para pedagang.
Sontak pernyataan Djalal itu mengejutkan perwakilan
pedagang, Djalal yang sebelumnya dikenal sangat sulit ditemui oleh para
pedagang, tiba-tiba begitu mudah mengumbar janji-janji. Bahkan dalam pertemuan
itu, sang bupati juga menjanjikan potongan harga atau subsidi dari APBD Jember
bagi pedagang lama yang akan menempati bangunan pasar baru tersebut.
Sore perlahan mulai menjelang, diluar gedung hujan
semakin deras mengguyur kota tembakau ini. Ahirnya, mau tidak mau audiensi yang
berjalan kurang lebih dua jam tersebut harus berakhir. Seusai pertemuan itu,
tercatat dengan jelas janji-janji sang bupati dalam benak mereka, harapan baru sekaligus
kekhawatiran baru bagi para pedagang pasar kencong. Yakni harapan akan
penghidupan yang lebih baik dan kekhawatiran akan realisasi janji bapak Bupati.
Untuk diketahui, Pasar Kencong adalah pasar terbesar di
wilayah Jember selatan yang terbakar dua kali, tahun 2005 dan 2006 lalu.
Sekitar Oktober 2009, setelah menjalin nota kesepahaman dengan PT Perkebunan
Nusantara XI, Pemerintah Kabupaten Jember membangun pasar baru di atas lahan
pabrik gula Semboro.
Saat itu, CV Bintang Soraya dengan kuasa direktur
Sukandar diberi waktu 18 bulan untuk membangun pasar baru. Dalam perjalanannya,
investor beralih pada PT Cipta Karsa Karya Mandiri yang dipimpin langsung
Sukandar. Namun hingga tenggat akhir Februari 2011, pembangunan pasar baru
terselesaikan 54 persen, karena investor kesulitan pendanaan.