"Agar keberadaan Seni Tradisional, Musik dan
Budaya lokal dapat tumbuh dan berkembang Pemkab Jember dan para pelaku usaha
diharapkan segera turun tangan dan mau melakukan pembinaan terhadap
mereka". (Pengamat seni dan budaya, Iwan Kusuma)
Jember, MAJALAH-GEMPUR.COM–
Kesenian tradisional music patrol yang konon muncul sejak puluhan tahun silam ini
kurang mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Sehingga kesenian yang di
klaim sebagai music tradisional khas Kabupaten Jember Jawa Timur ini tidak mengalami
perkembangan yang siknifikan bahkan terkesan berjalan ditempat. Kalau hal ini
dibiarkan tidak menutup kemungkinan, lambat laun akan musnah dan diklaim oleh bangsa
lain.
“Seharusnya Pemkab Jember lah
bertanggungjawab atas kelestarian seluruh seni dan budaya. Bukan hanya music patrol,
tetapi juga semua jenis seni, musik dan budaya yang hidup serta berkembang di kabupaten
Jember“ Demikian ungkap pengamat seni dan budaya Jember, Iwan Kusuma saat ditemui
Gempur Minggu pagi (29/7) di depan Pemkab Jember. Untuk menyelamatkan seni dan
budaya ini, Iwan berharap Pemkab dan para pelaku usaha Jember mau turun tangan dan membina kesenian ini.
Harapnya.
“Perhatian Pemkab Jember
terhadap seni dan budaya masih sangat minim. Hal ini terlihat kegiatan ini
masih belum mendapatkan tempat yang proporsional dari pemkab, termasuk dalam
rangkaian acara Bulan Berkunjung Jember (BBJ) kemaren”. Tambah salah-satu aktivis
UKM Kesenian Universitas Jember. Bahkan berdasarkan isu yang diterima Gempur, alasan agenda seni lokal dan budaya
tradisional ini tidak mendapatkan tempat dalam rangkaian BBJ dikarenakan tidak adanya anggaran.
“Awas, Ancaman Malaisia
Klim Musik Patrol” Inilah bentuk kekecewaan sekaligus peringatan yang juga
dirasakan oleh salah-satu peserta grub seni music patrol Bloker Jember Putra,
yang ungkapkan melalui tulisan di kostumnya. “Tulisan ini kita buat tidak
lain karena kecintaan kita kepada music patrol, jika tidak dilestarikan tidak
menutup kemungkinan music kita akan di klim oleh Malaysia. Tutur Eko, salah
satu peserta grub patrol ini.
Ironisnya selama ini kegiatan
karnaval seni music patrol mulai tahun 2000 diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian (UKMK) Universitas Jember, bukan Pemkab Jember.
Acara yang dilaksanakan setiap bulan
Ramadhan yang sebelumnya merupakan tradisi warga jember selama bertahun guna membangunan warga untuk makan sahur Ini sebagai bentuk kepedulian
mahasiswa terhadap musik patrol, disamping
untuk melestarikan tradisi dan wadah kreatifitas untuk mengembangkan music ini,"
ungkap ketua Panitia Elvira.
Acara ini juga dimaksudkan
untuk memelihara kesenian khas Jember, supaya tidak punah. “Musik patrol ini harus
menjadi kesenian khas Jember yang patut dibanggakan. Untuk itu keberadaannya harus
dilestarikan" Tambah Ketua UKMK, Halim Bahris.
Berdasarkan pantauan dan data
yang dihimpun Gempur bahwa Tiap tahun jumlah peserta festival dan karnaval
musik patrol jumlahnya tidak pernah lebih dari 20 peserta. Jumlahnya hanya berkisar
antara 12 sampai 17 peserta. Sementara untuk Festival Karnaval yang ke 12 (tahun
2012 ini; red) di ikuti oleh 16 peserta.
Usai dilepas Pembantu
Rektor III Unej, M. Sholeh Sabtu (28/7) sekitar pukul 21.30 WIB dari ''double
way'' Unej, Setiap peserta membawakan lagu kebangsaan atau lagu ''Olle Ollang''
dan lagu "Klambi Mera" sebagai lagu wajib. Disamping lagu lain
seperti Qasidah, Madura, banyuwangian, dangdut hingga lagu daerah, untuk lagu
bebas.
Peserta karnaval musik
patrol ini berjalan sekitar 15 kilo meter melalui sejumlah ruas jalan yakni
Jalan Kalimantan-Jalan Mastrip-Jalan PB Sudirman-Jalan Ahmad Yani-Jalan
Trunojoyo-Jalan Samanhudi-Jalan Sultan Agung dan berakhir di alun-alun depan
Pemkab Jember Minggu (29/7) sekitar pukul 2 pagi. (eros)