Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com. Di ujung timur pulau Jawa dan pintu gerbang
pulau Dewata ini memiliki ribuan kegiatan ritual dan obyek wisata
yang digandrungi turis lokal dan mancanegara.
Ritual Balang Apem
Yang tidak kalah pentingnya, ditengah gemuruhnya pesta rakyat 'Arung Kanal' yang sedang berlangsung, ada Ritual Balang Apem (Lempar Apem/kue, red) Arum Gondo Roso dan Apem Arum Sekar Ting-Ting. Tujuan Ritual Balang Apem yang dipimpin oleh sesepuh kampung (tetua adat,Red) Mbah Tukiran, itu sebagai bentuk puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi ketentraman dan keamanan kepada seluruh masyarakat desa Kebondalem. "Selain itu, juga sebagai simbol ritual, yang intinya minta maaf dan saling memaafkan sesama umat manusia. Kalau dalam agama Islam, Hablum Minannas," Urai Mbah Tukiran.
Mahalnya Biaya Pembuatan Replika Perahu
Meski terlihat sederhana, ternyata biaya pembuatan replika perahu tersebut cukup mahal. Satu perahu bisa menghabiskan biaya Rp 7-10 juta. Perahu-perahu yang dibuat warga, bisa berukuran hingga mencapai panjang 15 meter dan lebar 4 meter. Sepintas, persis kapal yang sedang berlayar di lautan.
Selain itu, yang perlu mendapat apresiasi besar
adalah tokoh masyarakat Desa Kebondalem, H. Moh. Yusuf alias H. Misdi,
pengusaha jeruk yang dengan ikhlas guna mesukseskan even Arung Kanal 2012,
memberikan bantuan dananya sebesar Rp 45 juta. (Hakim Said)
Salah-satu obyek wisata
tahunan di kota bekas kekuasaan Adipati Minakjinggo ini yang menarik animo masyarakat
lokal maupun manca negara, adalah Balang Apem “Arung Kanal” yang
sentral penyelenggaraannya berada di Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo,
Kabupaten Banyuwangi.
Arung Kanal berasal dari
kata Arung dan Kanal. Arung mempunyai arti mengarungi/berjalan mengarungi.
Sedangkan Kanal pengertiannya adalah terusan/saluran/sungai. Definisi 'Arung
Kanal' berarti pelayaran mengarungi sungai.
Sebelum digelar ritual
Balang Apem 'Arung Kanal', diawali dengan berbagai macam kegiatan yang
melibatkan seluruh elemen masyarakat dan ribuan masyarakat. antara lain, lomba
mewarnai gambar, lomba miniatur perahu hias, renag gembira, pin swiming,
sarasehan petani se Kabupaten Banyuwangi, kirab drum band, pegeralaran musik
dan seni tradisionil serta grebek lele (megang ikan lele dari sungai).
Secara geografis, Desa Kebondalem
dikelilingi beberapa sungai besar sehingga mereka tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan sungai. Dahulu, sebelum berkembangnya kesadaran hidup sehat, warga setempat
memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari. Namun kini, sungai terebut
hanya dijadikan sumber pengairan sawah dan tempat bermain anak-anak.
Kondisi alam inilah yang
menumbuhkan semangat bahari, dan memicu warga untuk berkreasi dengan menggelar
ajang pesta perahu sejak tahun 1967, di atas aliran Pekalen Sampeyan Wilayah
UPTD Eksploitasi Pengairan Bangorejo.
Awalnya, kegiatan lomba
perahu ini untuk memperingati HUT RI saja. Namun proses berikutnya berkembang
menjadi agenda tahunan yang melibatkan ribuan warga. Kegiatan yang sudah
menjadi agenda tahunan dan menyedot kurang lebih 50 ribu penonton dari berbagai
kota dan macanegara dimulai sejak tahun 1967 ini digelar mulai tanggal 4
Oktober hingga 7 Oktober 2012.
Perahu yang dipakai untuk
pesta rakyat ini adalah replika (tiruan,Red) dari kapal yang sebenarnya. Warga
berkreasi membuat replika perahu yang terbuat dari bambu dan batang pisang.
Belasan perahu berbagai bentuk diarak di atas sungai. Ada replika kapal pinisi,
kapal perang milik TNI, kapal angkutan umum hingga kapal bajak laut. “Ini
pestanya masyarakat yang mencintai sungai. Kami ingin melestarikan budaya hidup
bersama", Tutur Mbah Tukiran,72 sesepuh kampung Kebondalem kepada Gempur Kamis (11/10) di kediamannya..
Sejak tahun 1967 silam ia
bersama Tarjo (almarhum, Red), Kadus Tanjungrejo, Suratno dan arsitek Suradi, warga
Dusun Tanjungrejo RT/RW: 01/III, Desa Kebondalem, membuat replika kapal untuk
lomba perahu (Arung Kanal, Red), sebagai wujud mengaplikasikan rasa terima
kasihnya atas pemberian Yang Kuasa pada sungai yang mengalir di Desa
Kebondalem.
Hal itu mengingat
keberadaan sungai diwilayah Dusun Tanjungrejo, tersebut sangat berguna sekali
untuk mengairi sawah, mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Sebagai
simbolis ritual/ucapan syukur, Mbah Tukiran bersama dua orang rekannya membuat
replika kapal yang perangkat dan bahannya terbuat dari drum (tong), gedebok
(pohon pisang), bambu, kain, plastik dan lain sebagainya.
Ritual Balang Apem
Yang tidak kalah pentingnya, ditengah gemuruhnya pesta rakyat 'Arung Kanal' yang sedang berlangsung, ada Ritual Balang Apem (Lempar Apem/kue, red) Arum Gondo Roso dan Apem Arum Sekar Ting-Ting. Tujuan Ritual Balang Apem yang dipimpin oleh sesepuh kampung (tetua adat,Red) Mbah Tukiran, itu sebagai bentuk puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi ketentraman dan keamanan kepada seluruh masyarakat desa Kebondalem. "Selain itu, juga sebagai simbol ritual, yang intinya minta maaf dan saling memaafkan sesama umat manusia. Kalau dalam agama Islam, Hablum Minannas," Urai Mbah Tukiran.
Ketika berlangsung prosesi
ritual 'Balang Apem', yang dilakukan oleh puluhan perawan-perawan desa, ribuan
masyarakat (penonton; Red) yang berjajar dan berdiri dipinggiran kanal (sungai,Red),
saling berebut kue apem yang sudah di japa-japa mantra/doa oleh para tetua
adat. Sugesti yang berkembang, mereka yang dapat menangkap dan memakan
nikmatnya apem tersebut sama dengan mendapat berkah (ngalap berkah,Red).
Masuk Kalender Wisata Tahunan Dinas Pariwisata Pemkab
Tradisi Arung Kanal yang diminati oleh masyarakat lokal dan manca negara ini terus memotivasi warga untuk membuat kreasi replica perahu. Sehingga penasehat Arung Kanal yang juga Kepala Desa Kebondalem, Ikhsan, SH menyatakan, mulai tahun 1978 tradisi lomba perahu itu dijadikan ajang 2 tahunan.
Tradisi Arung Kanal yang diminati oleh masyarakat lokal dan manca negara ini terus memotivasi warga untuk membuat kreasi replica perahu. Sehingga penasehat Arung Kanal yang juga Kepala Desa Kebondalem, Ikhsan, SH menyatakan, mulai tahun 1978 tradisi lomba perahu itu dijadikan ajang 2 tahunan.
Terlebih setelah agenda
tahunan itu dikukuhkan dalam salah satu kegiatan dikalender wisata Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Banyuwangi. Wargapun dituntut berkreasi lebih
baik, terutama membuat desain perahu yang dipamerkan. "Walaupun dalam
pelaksanaan pesta rakyat Arung Kanal ini selalu menyisakan defisit anggaran,
tapi kami tidak pernah patah menggelarnya,"ungkap Kades Ikhsan, yang
mengaku puyeng karena pelaksaan Arung Kapal tahun ini pihak panitia induk
menyisakan tanggungan pinjaman jutaan rupiah.
Sementara Camat Bangorejo,
Achmad Nuril Falah, berkomitment akan mencari terobosan terkait defisit
anggaran panitia induk. Mengingat dirinya selaku kepala wilayah sekaligus juga
didapuk sebagai penasehat dalam kegiatan Arung Kanal tersebut. "Masih kita
carikan solusi soal defisit anggaran panitia induk. Karena kekompakan dan
ketekatan masyarakat kita adalah nguri-uri kebudayaan warisan leluhur yang
perlu mendapat dukungan semua pihak," ujarnya.
Mahalnya Biaya Pembuatan Replika Perahu
Meski terlihat sederhana, ternyata biaya pembuatan replika perahu tersebut cukup mahal. Satu perahu bisa menghabiskan biaya Rp 7-10 juta. Perahu-perahu yang dibuat warga, bisa berukuran hingga mencapai panjang 15 meter dan lebar 4 meter. Sepintas, persis kapal yang sedang berlayar di lautan.
Dalam pembuatan sebuah
perahu, warga membutuhkan waktu hingga sebulan untuk menyelesaikannya. Bahan
dasar gedebok (batang pohon pisang) dirangkai dengan bambu. Batang pisang ini
sebagai penyangga agar perahu bisa mengapung. Bambu dipakai sebagai rangka,
lalu dibungkus dengan kain plastik dan diwarnai layaknya kapal.
Untuk memperindah,
ditambahi hiasan lampu. Tenaga lampu ini didapat dari mesin diesel yang
dipasang di tengah badan perahu. Pembuatan perahu tidak seluruhnya dikerjakan
di atas sungai. Bahan dasarnya dibuat di daratan. Begitu selesai diangkat ke
sungai, lalu diselesaikan di atas air.
Satu perahu besar biasanya
dikerjakan oleh 10 hingga 15 orang. Mereka merupakan kelompok warga yang suka
berkreasi. Perahu buatannya itu nantinya dilombakan selama Arung Kanal.
Biayanya didapat dari iuran kelompok warga. Karena panitia induk (Desa) hanya
memberikan subsidi anggaran sebesar Rp 3 juta bagi tiap kelompok sebagai
stimulan. Selebihnya warga bergotong royong berswadaya.
Atraksi Kesenian Diatas perahu
Tepat pukul 21.00 WIB, perahu-perahu yang dilepas satu per satu menuju garis finish. Jaraknya sekitar 2 kilometer dan perahu terlihat indah dengan kerlap-kerlip lampu yang dipasang sebagai aksesoris diatas, dalam dan diluarnya. Perahu dibiarkan berjalan mengikuti aliran sungai. Sesuai makna perahu masing-masing, tiap awak perahu menggunakan kostum berbeda. Hampir semua perahu yang berlomba menyuguhkan musik dan menampilkan artis lokal. Ada yang menampilkan kesenian tradisional janger, jaranan dan lain-lannya. Selama perjalanan tiap perahu menyuguhkan atraksi pesta kembang api hingga tarian para artis.
Tepat pukul 21.00 WIB, perahu-perahu yang dilepas satu per satu menuju garis finish. Jaraknya sekitar 2 kilometer dan perahu terlihat indah dengan kerlap-kerlip lampu yang dipasang sebagai aksesoris diatas, dalam dan diluarnya. Perahu dibiarkan berjalan mengikuti aliran sungai. Sesuai makna perahu masing-masing, tiap awak perahu menggunakan kostum berbeda. Hampir semua perahu yang berlomba menyuguhkan musik dan menampilkan artis lokal. Ada yang menampilkan kesenian tradisional janger, jaranan dan lain-lannya. Selama perjalanan tiap perahu menyuguhkan atraksi pesta kembang api hingga tarian para artis.
Penyelenggara Pembantu
Pergelaran Arung Kanal pada malam hari dan dimulai sekitar pukul 21.00 WIB yang tahun ini diikuti oleh 11 unit perahu menjadi tontonan menarik warga, baik turis domestic maupun lokal. Menurut konfirmasi ketua Event Organizer (EO), H. Edi Sugiyanto, yang juga ketua KPRI Bina Karya, saat ditemui dikantornya di JL. A. Yani 45 Jajag, Gambiran, disampaikan bahwa sejak sore hari, kurang dari 125 ribuan warga berjubel memadati sepanjang aliran sungai. Hingga memacetkan jalan untuk kendaraan sepanjang 2 Km.
Pergelaran Arung Kanal pada malam hari dan dimulai sekitar pukul 21.00 WIB yang tahun ini diikuti oleh 11 unit perahu menjadi tontonan menarik warga, baik turis domestic maupun lokal. Menurut konfirmasi ketua Event Organizer (EO), H. Edi Sugiyanto, yang juga ketua KPRI Bina Karya, saat ditemui dikantornya di JL. A. Yani 45 Jajag, Gambiran, disampaikan bahwa sejak sore hari, kurang dari 125 ribuan warga berjubel memadati sepanjang aliran sungai. Hingga memacetkan jalan untuk kendaraan sepanjang 2 Km.
Menurut Edi, pihaknya
sebagai panitia hanya mempunyai waktu 15 hari untuk menggelar event Arung Kanal
tersebut. Sehingga target optimal sebenarnya kurang begitu mengena walaupun
kemeriahannya bukan main. Penuturannya kepada media ini, pendeknya waktu yang
diberikan panitia induk membuat promosi, sponsor ship dan lain sebagainya tidak
bisa berjalan sebagaimana mestinya. "Namun dari yang disediakan sebanyak
50.000 tiket dengan HTM Rp 5.000,-per lembar, dapat terjual kurang dari
separuh. Panitia mengantongi uang Rp. 100.000.000, impas dengan badget
pengeluaran dana,” ujar Edi, blak-blakan.
Sedangkan menurut
keterangan ketua panitia induk, Syahman Mahadi, S.Pd, kepada media ini
menjelaskan reng-rengan dana yang dikeluarkan untuk menggelar Pesta Rakyat
Arung Kanal Tahun 2012 tersebut mencapai Rp 355.000.000,-.
Dengan terang-terangan
Syahman, mengatakan peran serta Pemkab Banyuwangi, dalam event yang berskala
nasional itu kurang terlihat. Padahal Arung Kanal sudah masuk kalender kegiatan
wisata Pemkab Banyuwangi. "Sudah seyogyanya Pemkab Banyuwangi,
mengalokasikan dana untuk event ini. Kenyataannya, justru tidak ada kontribusi
yang jelas soal dana ini. Total akhir event Pesta Rakyat Arung Kanal 2012, kami
panitia masih mempunyai tanggungan pinjaman yang belum diselesaikan sebanyak Rp
27 juta," bebernya.
Masih beruntung dalam
event tersebut pihak panitia induk mendapat bantuan dari donatur yang tidak
mengikat. Antara lain para donatur itu, dari DPC Partai Demokrat, Michael Edy
Hariyanto, SH sebanyak Rp. 15 juta, dari Anggota DPR RI F-PDIP, Achmad Basarah,
Rp. 5 juta, Partai Nasdem DPD Kab Banyuwangi, H. Imam Misbah Subari, SH, M.Hum
Rp. 500 ribu.