
Ikan lele sendiri
merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
sekaligus ikan yang bisa diolah sebagai bahan baku krupuk ikan.
Berdasarkan
penagakuan salah satu Ka. UPT Balai Pembenihan Iakan Air Tawar Plalangan, Ir.
Salim, Kamis
(29/11) menjelaskan beberapa
factor yang mempengaruhi proses pemeliharaan ikan lele adalah ukuran kolam ideal
25 x 25 M, yang mampu menanmpung 1000 ekor bibit lele.
Dengan ukuran
kolam tersebut, Salim mengakui memerlukan debit air untuk pemeliharaan sekitar
1000 liter dengan sirkulasi 5 liter/detik. Jika, lanjutnya, untuk air yang
kurang memadai dan kolam yang kurang respentatif, maka kulaitas ikan
diperkirakan akan mengalami penurunan kualitas ikan, baik dari ukuran maupun
dari segi kaulitas protein yang dikandung oleh ikan lele tersebut. “mon kurang benyak aing, tak bagus begi cukok”,
ungkapnya (kalo kurang, ikan tidak bagus. Red).
Dikatakan lagi
oleh Salim, bahwa Balai benih plalangan menyediakan bibit ikan dengan
klasifikasi unggul. Taka hanya itu juga, Balai Benih juga melakuakn proses
pnetasan beih ikan di kolam yang tersedia. Bahkan, Salim, selaku Ka. Benih
Plalangan, siap mengganti benih yang dibeli oleh petani mati sebelum sampai
dirumah pembeli. “benih kami benih unggul mas, kami juga siap memberikan
garansi penggantian benih jika mati sebelum sampai dirumah”, tegasnya.
Lain halnya yang
disampaikan oleh salah satu petani ikan lele, Samsuri, 50 Tahun, warga Desa
Plalangan, mengatakan bahwa balai benih Disnak & Ikan Jember menyediakan
hampir 200 ribu/bulan untuk memenuhi kebutuhan benih ikan petani.
Masih menurut
Samsuri, harga benih ikan yang disediakan oleh Belai Benih sangatlah cukup
terjangkau bagi petani kecil, yaitu
kitarRp. 15 sampai dengan Rp 200
per ekor. Oleh karenanya, Samsuri dengan modal yang sedikit dan lahan kolam
yang minim, dirinya mencoba untuk melakukan Budidaya Ikan lele yang dibeli dari
Bali Benih Plalangan.