Translate

Iklan

Iklan

Ketua Asosiasi Petani Tebu, Tolak Rencana Pendirian Pabrik Gula Di Banyuwangi

11/20/12, 16:24 WIB Last Updated 2013-12-08T18:28:39Z
Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com. Rencana pendirian pabrik gula (PG) di wilayah  Glenmore, Banyuwangi, Jatim, yang peletakan batu pertamanya akan dilakukan Rabu (12/12) menuai protes dari petani tebu.


Salah satu elemen yang secara tegas menolak pembangunan PG tersebut yang tepatnya dilokasi eks lapter kebun (PTPN XII) Kalirejo, Glenmore, adalah Asosiasi Petani Tebu Indonesia (APTI). Melalui ketuanya KH. Thoha Muntoha, yang juga pengasuh Ponpes Minhajut Thullab, Krikilan, Glenmore, Selasa (20/11) terang-terangan menyatakan ketidaktertarikannya pada pendirian PG baru tersebut.

Menurut Kyai yang dikenal nyentrik itu, pendirian PG baru tersebut hanya akan menciptakan masyarakat buruh dan pembodohan saja. “Akan ada informasi yang tidak fair nantinya, selain itu bakal muncul kelompok kapitalis yang bermain dan memonopoli terhadap kelompok tertentu. Endingnya hanya akan menguntungkan segelintir orang” bebernya saat jumpa pers dikediamannya beberapa waktu lalu.

Selain itu, menurut Kyai Thoha, jika nanti benar-benar berdiri PG baru, jika dominan dan tetap menjiplak produk PG yang lama, akan menciptakan koloni yang baru serta menciptakan kapitalis untuk kepentingan segelintir dan sekelompok orang saja. “Kita lihat saja nanti,” tandasnya.

Namun demikian, KyaiThoha, juga siap dengan alternatif, jika PG ini tidak jadi dibangun. Yakni dengan jalan memberdayakan masyarakat terhadap proses industrisasi, membuat pabrik gula mini dengan lahan parameter 83,30 Ha bakal menghasilkan 50 ton gula murni. “Hanya membutuhkan luas lahan 0,5 Ha untuk pembangunan lokasi pabrik gula mini seperti ini,” jlentrehnya.

Referensi yang ditawarkan oleh Kyai Thoha, tersebut dapat diuji oleh publik. Bahkan cara pemberdayaannya, masyarakat bisa melalui KUD sebagai jembatannya. Referensi PG mini dimaksudkan, adalah hasil kajian para pakar gula internasional.Dengan adanya masyarakat mempunyai lahan dekat pabrik, akan memperoleh tebu yang segar, cosh biaya angkut sedikit, limbah tebu bisa dijadikan listrik untuk masyarakat,” paparnya lagi.

Dari hasil investigasi media ini, tentang catatan miring mengenai rata-rata  pabrik gula, selalu melakukan pesta buka giling (produksi, red) hingga berhari-hari/ 7 hari 7 malam.Tidak terasa  dana yang dikeluarkan untuk pesta buka giling menghabiskan dana dari masyarakatya tidak terhitung banyaknya.

Akhirnya petani tebu yang akan menanam tebunya kebanyakan kesulitan dana, dan kilas balik akan meminjam uang pada pabrik untuk kebutuhan tanam. Yang nota bene pada endingnya, akan dikembalikan pada masa panen, walau dengan dihargai murah hasil panen tebunya oleh pabrik.   Dengan demikian lingkaran setan kredit ini sulit diberantas.

Disamping itu yang tidak kalah pentingnya sering terjadi pembodohan masalah tebang hasil panen tebu masyarakat, pabrik gula sering memberi perintah tidak tepat waktu, sehingga tebu masyarakat kalau diundur masa panennya menjadikan tebu tersebut menjadi kayu dan tidak layak dijual. (Hakim Said)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Ketua Asosiasi Petani Tebu, Tolak Rencana Pendirian Pabrik Gula Di Banyuwangi

Terkini

Close x