![]() |
Suasana saat expose hasil survei nasional |
Demikian hasil survey yang
dilakukan oleh Indonesian Research and Survey (IReS), dalam expose hasil survei nasional di 33 Propinsi dengan tema
"Persepsi publik terhadap pelaksanaan agenda reformasi sepanjang 15
tahun", Minggu (5/5) sore di Hotel Sahid Jakarta.
Survey yang dilakukan
tanggal 17-27 April dengan 2383 responden, margin of error 2,01% dan tingkat
kepercayaan 95% menghasilkan angka penilaian masyarakat tentang pelaksanaan
reformasi selama 15 tahun sebanyak 45,1% tidak puas dan hanya 31,1 yang merasa
puas, sisanya sebanyak 24,8% merasa tidak tahu.
Sejalan dengan gagalnya
pelaksanaan reformasi, responden juga menilai
kinerja Pemerintah SBY-Boediono dengan tingkat kepuasan 29,8%, tidak
puas 64,5% dan tidak tahu sebanyak 5,7%.
"Dalam tuntutan
penegakan supremasi hukum, responden merasa tidak puas mencapai 59,6%, puas
18,6% dan sisanya tidak tahu sebnayk 21,8%," terang Kadiv Survei IReS
Indrayadi, Ss dalam exposenya.
Yang lebih memprihatikan
dari hasil survey ini adalah pelaksanaan pemerintahan yang bersih dari KKN
ternyata responden memberikan angka ketidakpuasan mencapai 61.4%, puas sebanyak
27,5% dan tidak tahu sebanyak 11,1%.
Menanggapi hasir survey
IRes ini, pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Dr.H. Donny Tjahja
Rimbawan menegaskan hasil survey ini tidak jauh berbeda dengan fakta yang
terjadi saat ini.
"Yang paling
bertanggung jawab atas gagalnya pelaksanaan reformasi adalah Presiden
SBY," jelas ketua DPP MKGR ini.
Diterangkannya dari 4
presiden pasca reformasi, SBY mengambil porsi terbesar dari segi waktu
berkuasa, "SBY berkuasa selama 102 bulan atau 56,67%, Megawati 38 bulan
atau 21,11%, Gusdur 22 bulan atau 12,21% dan Habibie hanya 18 bulan atau 10%.
Rimbawan juga menjelaskan
amanah yang diemban SBY sebelumnya menjadi Presiden RI, "Reformasi
dibidang TNI-pun SBY yang memimpin, begitu juga saat Gusdur dan Megawati
menjadi Presiden, SBY menjadi salah seorang Menteri dikabinet kedua Presiden
tersebut," terang Rimbawan.
Yang membuat Donny
Rimbawan prihatin, ternyata masyarakat merasa tidak puas dengan pemerintahan
yang bersih dari KKN, "wajar KKN makin tumbuh subur, SBY sendiri sebagai
ketua Umum Partai Demokrat, dan anaknya sebagai Sekjen, apa itu tidak KKN?
tanya Rimbawan.
Senada dengan Rimbawan,
Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM Dr Zaenal Arifin Muchtar menilai sudah
saatnya ada gerakan re-reformasi karena reformasi saat ini terbilang gagal,
"perlu digerakan reformasi jilid dua karena reformasi saat ini berjalan
ditempat," terang Zaenal.