
Untuk itu pada musim
giling tahun ini, para petani akan meminta kepada ADM PG dan Direksi Perseroan Terbatas
Perkebunan Nusantara (PTPN) XI agar gula dan tetes dapat dijual sendiri. Karena Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia
(APTRI) dianggap tidak bisa membawa aspirasi dan memperjuangkan keinginan Petani
tebu.
Bahkan mereka menilai keberadaan
APTRI sebagai penghalang petani untuk hidup lebih sejahtera. Pasalnya APTRI terkesan justru lebih membela kepentingan investor daripada
kepentingan petani. Akibatnya selama puluhan tahun petani tetap tertindas dan
selalu pada pihak yang dirugikan.
“Gula dan Tetes itu haknya
petani, ya kita minta agar dapat dijual sendiri, karena selama ini penjualannya
tidak sepengetahuan petani, kalau memnag APTRI betul-betul memwakili petani,
seharusnya kita tau, tapi kenyataanya tidak pernah membicarakan dengan kelompok
tani dibawah”, Demikian Kata Ketua
Himpunan Petani Tebu Rakya (HPTR) Lumajang H Adli usai pertemuan Petani dari 5 PG di wilayah Tapal
Kuda Sabtu (30/5) di Lumajang
Mengenai tehnis
penjualannya (Lelang; red), menurut Adli Tentu akan tetap bekerjasama dengan
pabrikan, melalui tim lelang yang akan dibentuk oleh petani bersama pabrikan. “Untuk itu keinginan perwakilan petani dari 5 PG ini akan kita sampaikan kepada ADM PG
dan Direktur PTPN XI di Surabaya”. Jelasnya
Selanjutnya dibahas dalam Forum
Temu Kemitraan (FTK) mulai dari, tebang, biaya angkut, rendemen, teknis lelang gula
dan tetes dan sebagainya. “Agar benar-benar membawa aspirasi petani, kita minta
Koordinator FTK dari petani, termasuk tandatangan
kontrak harus dirapatkan dulu, jangan didatangi sendiri-sendiri. Pungkasnya.
Hal senada disampaikan,
Holik. Menurut petani tebu asal Semboro, bahwa petani selalu dibodohi. Seperti tertera
dalam draf Kontrak diselipkan kata-kata yang melemahkan petani. Dalam Pasal 5 (Penjual
Gula dan Dana Talangan) disebutkan “Atas
persetujuan Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) pihak kedua akan bekerjasama
dengan investor yang bersedia untuk memberikan dana talangan kepada pihak
pertama…… dst",
"APTR itu siapa,? yang jelas dong, kita minta yang dimaksud APTR itu adalah Himpunan, kelompok, Paguyuban atau organisasi yang ada dan dibentuk petani di masing-masing Pabrikan. Itu kita sepakat, tapi kalau yang dimaksud APTRI kita tidak sepakat, kalau tetap seperti itu, kita akan tolak ” tegasnya.
"APTR itu siapa,? yang jelas dong, kita minta yang dimaksud APTR itu adalah Himpunan, kelompok, Paguyuban atau organisasi yang ada dan dibentuk petani di masing-masing Pabrikan. Itu kita sepakat, tapi kalau yang dimaksud APTRI kita tidak sepakat, kalau tetap seperti itu, kita akan tolak ” tegasnya.
Dukungan serupa juga
datang Petani senior dari Probolinggo H Hasan, bahkan Ketua paguyuban PG
Wonolangon berlogat Madura, meski merangkap ketua APTRI Prbolinggo merasa
muak selama 15 tahun di “Cokoco (dipermainkan) APTRI. Bahkan H Hasan berharap keinginan
petani didukung direksi, kalau perlu lelang bisa dilakukan dimasing-masing
pabrik. Jika Petani dapat lelang sendiri
maka keuntungan petani akan semakin besar termasuk Fi yang selama ini dinikmati
orang lain dapat diambil petani sendiri.
“Jangan kuatir tidak ada
yang beli, Tapi ini rahasia ya, (jangan dikasih tau siapa-siapa) , tebu
paguyuban saya mulai beberapa tahun yang lalu sudah ada yang menalangi,
termasuk juga sudah ada yang nawar tetes seharga 1.000 per kilogram, bahkan ada pabrik yang mau
membeli Kotoran ampas tebu 35 juta per hektarnya”. Jelasnya.
Dukungan juga datang dari petani tebu yang lain , bahkan munculnya organisasi petani tebu diluar APTRI dan pertemuan ini memang karena kecewaan kepada APTRI “ Selama menjadi petani saya tidak kenal APTRI,
taunya setelah panen ada ada potongan sering tetes 1000 rupah per 3 kg,
termasuk ada potongan DO,” Kata H Didik petani asal Tempeh lumajang .
Petani asal Semboro yang
lain Iswahudi, juga mendukung gerakan ini, namun Iswahyudi berharap agar petai
tetap tidak bosan menanam tebu, “sambil berjuang, kita harus
tanam tebu, karena kita hidup dan dibesarkan oleh tebu, jika mau
memperjuangakan sampai ke direksi kita akan dukung sepenuhnya, ”. Harapnya. (eros)