Penebangan pohon ini sebenarnya sudah dimulai oleh beberapa oknum pekerja PDP yang pro pada
perusahaan dengan alasan
peremajaan.
Dengan alasan
krisins keuangan yang membelit perusahaan, pihak PDP Kebun Gunung Pasang.
Kekhawatiran
banjir bandang yang menelan
korban ratusan jiwa tersebut terulang lagi disampaikan Pak Faris
warga setempat, Faris mengatakan kekecewaannya kepada perusahaan yang sepihak
dalam mencari solusi masalah perusahaan dengan menebang pohon yang menjadi
trauma masyarakat.
Menurutnya,
“ Managemen Kebun Gunung Pasang membuat persetujuan warga dengan cara
berkeliling dari rumah ke rumah meminta tanda tangan warga terkait akan
ditebangnya pohon Mahoni sebannyak 750 batang. JIka ditak setuju warga tidak
akan dapat upah dan THR yang membuat warga makin resah dan akhirnya menyetujui
hal penebangan itu, “ ujarnya.
Senada
denga P Faris, B Sholihan warga setempat mengaku kecewa rencana penebangan yang
di lakukakan perusahaan PDP tanpa berumbug dengan warga yang juga pekerja dan
meminta pertanggungjawaban jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Silahkan
ditebang tidak apa-apa itu kayu bukan milik kami tapi ingat nyawa kita dan
keluarga kita bagaimana? Siapa yang mau bertanggungjawab? Masyarakat disini
tidak ada yang setuju kalau memang mau ditebang. JIka ada banjir lagi siap tanggung jawab, "
ungkap B Sholihan.
Dari
informasi yang berhasil di himpun, warga
sudah melakukan penolakan dengan melakukan penghadangan sejumlah truk pengangkut yang mengangkut puluhan glondongan kayu Mahoni yang sudah ditebang didaerah tersebut Kamis (21/5) sekitar pukul 3 sore.
Warga melakukan aksi sweeping dan penghadangan tersebut
sebagai protes kepada PDP katena merasa dibohongi dan dipermainkan karena kayu
yang ditebang dengan mesepakatan 6 pohon melalui tandatangan ADM, namun setelah diperiksa ditemukan 19 pohon yang sudah
ditebang.
Saat
sejumlah wartawan mewawancarai warga, beberapa warga lain tampak mencegat dua
kendaraan dari manageman PDP Kebun Gunung Pasang yang akan turun setelah
melakukan survey lokasi kelayakan pohon yang akan ditebang. Sempat warga yang
juga pekerja kebun tersebut bersitegang.
Dari
pihak managemen ada Widi dari SPI (Satuan Pengawas Internal), Heming Kepala
Bagian Pemasaran dan Sudarmin Kasubag Produksi. Bderuntung keteganagan warga
dengan pihak managemen berhasil mereda setelah pekerja yang pro pada penebangan
membawa pihak managemen ke dalam mobil, yang lalu di cegat wartawan untuk
diklarifikasi.
Saat dikonfirmasi
P. Widi Kepala SPI ( Satuan Pengawas Internal
) mengatakan, " Kami tidak akan menebang
semua mas kami akan selektif dan ini kan ada gantinya peremajaan. Setiap satu pohon yang ditebang akan diganti 10
pohon baru yang ditanam, makanya kami melakukan surney mana pohon yang
posisinya aman untuk ditebang atau tidak agar tidak terjadi longsor. Jika
dinilai tidak layak maka kami pindah ke tempat lain yang lebih baik. Jumlah
yang ditebang ini hanya 6% dari jumlah 13 ribu pohon yang merupakan asset
perusahaan mas, “ katanya.
“
Terkait masalah nyawa kan sudah
diatur oleh TUHAN mas. Kami tetap akan menebang bulan Juni
karena ini sudah dijual untuk menutupi kerugian perusahaan, " ngkap Widi yang di teriaki oleh warga saat mendengar ucapan itu.
Dwi
Agus Budianto dari FKPAK bersama warga juga sempat memberikan masukan kepada
pihak managemen agar dalam melakukan survey harus melibatkan pihak luar yang
lebih independen dan kredibel seperti pihak BPBD, KLH dan Kelompok Pecinta Alam.
Namun hal itu tak digubris oleh pihak manegemen. (midd)