Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Anak-anak
mendongakkan wajah ke langit, sekumpulan mendung berjajar rapi
seolah akan hujan. Petang itu, belasan bocah dan tiga orang dewasa bersila
membentuk lingkaram.
Beralas tikar di atas
paving beton, disebelah belukar liar, diantara bangunan ujung utara sebuah
perumahan. “Bismillahir rahmaanir raahim, alhamdulillahirabbil ‘aalamin,”
demikian kalimat pembuka yang disampaikan Devi Aulia Rohim, seorang penggagas
rumah belajar, bermain dan mengaji yang dia sebut Rumah BBM Al-Fath.
Devi, begitu dia disapa,
bersama sang suami, Beny Eko Rahmatullah, mendirikan Rumah BBM di Perumahan
Bumi Tegal Besar (BTB) Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, sejak empat bulan
terakhir. Ide awalnya, mereka ingin agar stigma belajar mengaji yang dianggap
membosankan hilang dan menjadi sebuah proses belajar yang menyenangkan.
“Konsep awalnya adalah
bagaimana anak-anak itu dapat mengaji dengan cara yang asyik dan menyenangkan.
Disini, kami berusaha menghapus stigma membosankan itu dan mencoba membuat anak-anak
ceria ketika berangkat mengaji,” urai Devi, seusai menemani anak-anak itu
belajar, Selasa (8/9).
Devi dan sang suami
dibantu dua orang relawan yang turut mendampingi anak-anak mengaji. Keduanya
adalah Zaenal Muhlisin serta Dian, yang tinggal tak jauh dari Rumah BBM itu.
“Semuanya ada 25 anak yang kami bagi dalam tiga kelompok belajar. Pertama
kelompok usia balita, kelompok usia 6 – 8 tahun dan kelompok 8 tahun keatas,”
terang Devi.
Menurutnya, pola yang
diterapkan dalam proses pembelajaran adalah pola pendidikan keluarga. Sehingga
dalam penyebutan istilah ustadz dan ustadzah dibumbui sebutan keluarga seperti
‘om’ dan ‘tante’. “Sebenarnya sebutan ustadz dan ustadzah terlalu berat bagi
kami, dan itu membuat jarak dengan anak-anak. Sehingga kami menambahi sebutan
lain menjadi om ustadz dan tante ustadzah,” kata dia.
Belajar mengaji di Rumah
BBM tak melulu tentang baca tulis huruf arab. Disini anak-anak juga
diperkenalkan dengan kegiatan lain, seperti menggambar, bernyanyi, serta
berpuisi. Sesekali anak-anak juga diajak belajar diluar ruangan, ditempat
terbuka diujung perumahan BTB. “Tergantung kondisi anak-anak, kadang seminggu
sekali atau dua kali mereka kami ajak belajar diluar ruangan,” jelas Devi.
Menempati sebuah rumah
tipe 42 blok DJ perumahan BTB, bangunan berpagar itu ditata sedemikian rupa.
Ada papan tulis, lafadz-lafadz berhuruf arab, dan sejumlah kalimat motivasi
yang ditempel di dinding. dibagian belakang ruangan tersedia rak buku yang
biasanya menjadi tempat membaca anak-anak usai mengaji. Sejumlah mainan juga
disediakan untuk mengusir kepenatan anak paska belajar.
Zaenal Muhlisin, salah
seorang relawan Rumah BBM mengatakan, tak ada pungutan biaya kepada anak-anak
yang belajar di Rumah BBM, pun tak ada kewajiban mereka berangkat setiap hari.
Meski begitu, hampir semua anak aktif berangkat setiap hari. “Disini belajarnya
mulai hari Senin hingga Jum’at. Kadang ya ada satu dua anak yang tidak
berangkat, itupun karena mereka tertidur,” ungkapnya.
Alumnus Fakultas Agama
Islam Universitas Islam Jember itu mengaku, pada mulanya ada kesulitan yang dia
alami saat melakukan komunikasi dengan anak-anak. Sehingga dia butuh kembali
belajar dan menyelami dunia anak, hal itu dilakukan agar dirinya mampu memahami
setiap individu. “Setelah mampu memahami karakter setiap anak, saya kira tak
ada pelajaran yang sulit untuk anak,” ucapnya.
Tahun depan, Rumah BBM ini
bermimpi untuk membuat program tahfidzul quran yang mereka sebut Rumah Tahfidz.
“Mimpi kami, tahun depan sudah berdiri Rumah Tahfidz. Jadi kami juga ingin ‘membumikan’
al-qur’an juga dengan cara yang menyenangkan,” pungkasnya. (*)