
Aksi pengusiran.tersebut diwarnai
kericuhan antara warga yang pro dan kontra. Warga yang kontra merasa mata
pencahariannya sebagai penambang tradisonal akan hilang. “Kalau dibiarkan, akan
cepat habis pasirnya mas, terus warga akan nganggur,” kata Miskadin salah
seorang warga yang kontra.
“sudah banyak contoh
dilokasi lain, ketika alat berat didatangkan dan mulai melakukan penambangan
maka para penambang tradisonal banyak yang nagnggur, ini yang kami cegah. Di
Lumajang hanya di Desa Jugosari yang penambangan pasirnya masih menggunakan
alat tradisional,” Timpal Miskadin.
Ketika akan memasuki desa
tersebut, truk pengangkut alat berat, dihadang ratusan warga, baik laki-laki, maupun
para ibu rumah tangga. Meski dikawal sejumlah orang berbadan besar, karena
jumlah warga lebih banyak, mereka tidak bisa berbuat banyak, akhirnya alat
berat gagal masuk ke area penambangan pasir galian C.
Selanjutnya truk
pengangkut alat berat tersebut diusir warga hingga ke perbatasan Kecamatan
Candipuro-Pasirian. Menurut warga, pihak investor sudah lama berupaya melakukan
penambangan pasir di Jugosari menggunakan alat berat, namun warta tetap
menolaknya.
Pantauan dilapangan bahwa
saat demo penghadangan truk pengankut alat berat, sempat terjadi keributan
antara warga yang pro dan kontra, beruntung aksi tersebut bisa diredam warga
lainnya sehingga tidak terjadi bentrokan fisik dan pengusiran alat berat tetap
dilanjutkan.