
Lebih dari empat puluh
tahun waktunya dihabiskan dengan berjualan “kitiran”. “ Ya seperti ini nak,
saya berjualan kitiran. Tiap hari berangkat dari rumah jam 7 pagi dan pulang
kembali ke rumah sampai jam lima sore, “ katanya saat ditemui di seputaran
Kreongan Kelurahan Jember Lor Patrang Minggu (31/1)
Bapak tujuh orang anak ini
menjelaskan bahwa mainan kitiran yang dia jajakan adalah hasil karyanya sendiri
dan bukan kulakan. Biasanya dia jual lima ribu rupiah setiap satu kitiran.
Hasilnya cukup untuk makan sehari-hari dan sisanya untuk membeli bahan kitiran
yang nantinya dia rancang sendiri.
Awal berjualan dia mulai
saat berhenti ketika masih duduk di kelas lima Sekolah Rakyat. Ketika itu
ekonomi masih dalam keadaan sulit pasca kemerdekaan. Kondisi itu membuatnya berhenti
sekolah dan memutuskan untuk mencari rejeki.
“Waktu itu kondisi perekonomian
masih sulit nak, sulit untuk mencari uang, jadi imbasnya saya terpaksa harus putus
sekolah dan membantu orang tua jualan kitiran hingga sekarang ini, “ ungkapnya serasa
membuang peluh dengan tangannya di sekitar wajah yang membasahi pipinya yang
keriput itu.
Meski sebenarnya ada rasa
lelah baginya tak dirasakan, baginya mencari rezeki yang halal lebih utama dan
tetap bersyukur atas nikmat karunia Allah SWT. “ Meski hasilnya sedikit tapi
berkah itu sudah disyukuri nak. Yang penting halal, kita harus tetap bersyukur
nikmat Allah SWT, “ imbuh
Kini dengan usia yang senja,
Suparmo hanya menjajakan barang dagangannya di seputaran dalam kota. Profesi
yang sudah ditekuninya hingga usia 81
tahun ini tak menjadikan Suparmo putus asa. Setia menjalankan profesi berjualan
mainan kitiran ini dilakukannya dengan ikhlas dan tanpa mengeluh.