Jember,
MAJALAH-GEMPUR.Com. Puluhan petani Desa Lojejer dan Ampel, Kamis (7/1). gelar aksi di saluran irigasi Kesilir,
Aksi ini bentuk kekecewaan atas tersumbatnya irigasi oleh lumpur penambangan emas liar.
“Empat desa berada di Kecamatan Wuluhan, Sedangkan dua desa lainnya berada di wilayah Kecamatan Ambulu,” kata Adi Wiyanto, petani asal Dusun Pomo, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, seusai melakukan aksi demontrasi di area saluran irigasi Desa Kesilir
Menurut Adi Wiyanto, selama beberapa tahun terakhir ini, petani kerap kesulitan air saat masa tanam tiba. Hal itu disebabkan karena endapan lumpur yang berada di kanal saluran irigasi bertumpuk. Sehingga membuat aliran air ke saluran kanal yang lebih kecil tidak lancar. “Dampaknya, jelas petani yang kelimpungan,” ujar Adi Wiyatno.
Warga Kecamatan Wuluhan, Darsan menuturkan, paska ada aktifitas penambangan emas liar di Gunung Manggar, sedimentasi lumpur di kanal kian banyak. Meski diakuinya, endapan lumpur tersebut memang terjadi tiap tahun kala musim hujan tiba.
“Namun setelah adanya penambangan emas liar ini, endapan lumpur bertambah banyak. Bahkan, nyaris menghentikan laju air untuk irigasi petani,” jelasnya.
Darsan pun meminta kepada DPRD Jember serta Pemerintah Kabupaten Jember, untuk segera mengambil sikap, terutama mengenai kelangkaan air yang tengah dihadapi oleh para petani. “Termasuk juga menutup aktifitas tambang emas liar tersebut,” tegasnya.
Tersumbatnya aliran saluran air ini diduga dampak aktivitas penambangan emas liar, yang marak sejak 3 tahun terahir. sehingga material tanah dari galian tambang emas, terbawa arus air saat musim hujan tiba. Akibatnya, material tanah itu mengendap yang menyebabkan pendangkalan saluran kanal irigasi di Sungai Demangan, Desa Kesilir. Bahkan dibeberapa titik, ketebalan lumpur hampir mencapai dua meter, sehingga menyumbat arus air ke sawah-sawah petani yang saat ini telah memasuki masa tanam.
Ironisnya, meski jumlahnya mulai berkurang, hingga saat ini aktivitas penambangan di kawasan Gunung Manggar masih terus berlangsung. Para penambang tersebut, tidak berasal dari kota Jember saja, melainkan juga berasal dari luar daerah seperti Kabupaten Banyuwangi dan Tasikmalaya, Jawa Barat. (ruz)
Petani memilih saluran
irigasi sebagai tempat demo, karena dijadikan simbol kekecewaan mereka terhadap
Dinas Pengairan Jember yang membiarkan saluran air tersebut tersumbat lumpur,
sehingga tak mampu mengairi sawah petani yang saat ini telah memasuki masa
tanam padi.
"Kami telah
mengadukan masalah ini kepada Dinas Pengairan Jember, agar saluran primer ini segera
dilakukan pengerukan walet (lumpur). Tapi sampai saat ini tunntutan kami belum
ada tindakan dari pemerintah," Demikain ungkap Sugeng Bawono, petani asal
Dusun Grintingan Desa Lojejer.
Dalam aksinya, petani juga
membentangkan sejumlah poster bernada tuntutan. Dalam tulisannya, petani
meminta Dinas Pengairan Jember segera mendatangkan alat berat untuk mengeruk endapan
lumpur yang menghambat laju air di saluran irigasi primer Desa Kesilir.
Mereka juga membawa
cangkul untuk mengangkat sedimentasi lumpur yang menggunung di kanal. Aksi itu,
sebagai sindiran kepada pemerintah yang dinilai gagap akan kebutuhan petani
yang telah memasuki masa tanam. "Kami
terpaksa melakukan demo, biar pemerintah segera tersadar jika saat ini petani
sangat membutuhkan air untuk mengolah sawah," ujar Adi Wiyanto, petani
lainnya asal Dusun Pomo, Desa Ampel.
Menurutnya, saat ini
sejumlah bibit padi petani banyak yang mengering, sehingga tak dapat ditanam,
bahkan akibat langkanya air, pada musim tanam tahun ini sebagian petani
terpaksa memundurkan masa tanam "Petani juga merugi, sebab harus
mengeluarkan biaya tambahan membeli bibit padi," jelasnya.
Untuk itu dalam orasinya aksi
demontrasi itu, sejumlah petani menuntut kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
melalui Dinas Pengairan Jember, agar segera bertindak cepat dengan mendatangkan
alat berat untuk menormalisasi saluran irigasi.
Aktifitas penambangan emas
liar di kawasan Gunung Manggar Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, ditengarai
sebagai biang tersendatnya aliran air di saluran irigasi primer yang melintas
di desa setempat. Padahal saluran irigasi ini mengairi sawah seluas 2.700
hektar yang tersebar di 6 desa.
“Empat desa berada di Kecamatan Wuluhan, Sedangkan dua desa lainnya berada di wilayah Kecamatan Ambulu,” kata Adi Wiyanto, petani asal Dusun Pomo, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, seusai melakukan aksi demontrasi di area saluran irigasi Desa Kesilir
Menurut Adi Wiyanto, selama beberapa tahun terakhir ini, petani kerap kesulitan air saat masa tanam tiba. Hal itu disebabkan karena endapan lumpur yang berada di kanal saluran irigasi bertumpuk. Sehingga membuat aliran air ke saluran kanal yang lebih kecil tidak lancar. “Dampaknya, jelas petani yang kelimpungan,” ujar Adi Wiyatno.
Warga Kecamatan Wuluhan, Darsan menuturkan, paska ada aktifitas penambangan emas liar di Gunung Manggar, sedimentasi lumpur di kanal kian banyak. Meski diakuinya, endapan lumpur tersebut memang terjadi tiap tahun kala musim hujan tiba.
“Namun setelah adanya penambangan emas liar ini, endapan lumpur bertambah banyak. Bahkan, nyaris menghentikan laju air untuk irigasi petani,” jelasnya.
Darsan pun meminta kepada DPRD Jember serta Pemerintah Kabupaten Jember, untuk segera mengambil sikap, terutama mengenai kelangkaan air yang tengah dihadapi oleh para petani. “Termasuk juga menutup aktifitas tambang emas liar tersebut,” tegasnya.
Tersumbatnya aliran saluran air ini diduga dampak aktivitas penambangan emas liar, yang marak sejak 3 tahun terahir. sehingga material tanah dari galian tambang emas, terbawa arus air saat musim hujan tiba. Akibatnya, material tanah itu mengendap yang menyebabkan pendangkalan saluran kanal irigasi di Sungai Demangan, Desa Kesilir. Bahkan dibeberapa titik, ketebalan lumpur hampir mencapai dua meter, sehingga menyumbat arus air ke sawah-sawah petani yang saat ini telah memasuki masa tanam.
Ironisnya, meski jumlahnya mulai berkurang, hingga saat ini aktivitas penambangan di kawasan Gunung Manggar masih terus berlangsung. Para penambang tersebut, tidak berasal dari kota Jember saja, melainkan juga berasal dari luar daerah seperti Kabupaten Banyuwangi dan Tasikmalaya, Jawa Barat. (ruz)