Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Sekitar 40 ton tembakau jenis
Naa Oogst milik petani
di Dusun Jatigowok, Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, kabupaten Jember, Jawa Timur masa tanam tahun 2015 hingga kini tidak laku.
Perusahaan enggan membeli, karena tembakau tersebut dinilai
terpapar abu vulkanik Gunung
Raung. ”Jumlahnya sekitar 40 ton. 10 ton diantaranya daun
tembakau atas, seperti panderek dan top, sementara sisanya adalah tembakau
filler,” Demikian
dikeluhkan Tonaji, petani
sekaligus pedagang pengepul, Jum’at (19/8).
Menurut dia,
sebagian tembakau itu merupakan titipan petani di desanya yang pada musim tanam
tahun lalu tidak laku dijual. Petani menitipkan tembakau kering itu karena tak
bisa mengolah sendiri, sebab jika salah perawatan saat masa penyimpanan, daun tembakau
tersebut bisa rusak.
“Anehnya, beberapa
perusahaan yang sempat saya datangi enggan membeli. Mereka beralasan untuk masa
tanam 2015 kemarin, tembakau petani terkena abu vulkanik Gunung Raung. Sehingga
mereka hanya mau membeli tembakau masa tanam 2016,” ujarnya.
Sementara pada masa
tanam 2016 ini, tembakau jenis yang sama harganya cukup tinggi. Untuk kualitas sedang harganya bisa mencapai Rp 5 juta.
“Karena tahun kemarin terpuruk, luasan area tanam dukurangim dari 1 hektar, sekarang tinggal seperempatbta,” kata Fahrur Rozi, petani asal Dusun Tegalrejo, Desa
Sabrang, Ambulu.
Fahrur Rozi
adalah satu dari sejumlah petani yang pada tahun lalu tembakaunya belum laku
dan masih tersimpan di gudang milik Tonaji. “Saya
berharap ada campur tangan pemerintah, terutama soal tembakau petani yang masih
mengendap dan belum laku hingga saat ini,” pintanya.
Merespon temuan
tersebut, Wakil Ketua Komisi B DPRD
Jember, Budi Wicaksono mengatakan, akan memanggil sejumlah perusahaan tembakau
di Jember. Pihaknya akan meminta solusi mengenai persoalan yang tengah dihadapi
para petani.
Budi mengaku
kaget dengan jumlah tonase tembakau petani yang belum terserap. “Seharusnya tembakau petani masa tanam 2015
kemarin sudah terserap semua. Jika memang ditemukan timbunan tembakau di
petani, kami akan panggil perusahaan-perusahaan, kami akan minta solusi dari
mereka,” ujarnya.
Apakah tembakau itu harus dibersihkan dulu dari abu
vulkanik, sebelum perusahaan bersedia membelinya. “Atau mungkin ada perawatan lain. Nanti setelah kami
panggil (perusahaan tembakau) akan diketahui solusinya. Tapi yang jelas,
tembakau petani tersebut harus terserap oleh perusahaan,” jelasnya. (ruz)