
Untuk
itu warga Jember diharap agar waspada, terutama mereka yang tinggal diseputaran
lereng gunung raung dan gunung Argopuro, termasuk warga yang berada di daerah
aliran sungai (DAS), serta daerah-daerah rawan terjadinya longsor dan banjir.
Demikian
ungkap Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jember, Mahmud Rizal, saat Sinau
bareng Aji Jember, bersama sejumlah Jurnalis yang tergabung dalam FWLM Jember,
JSJ dan Media Kampus di sekretariat AJI Jember, Jl Karimata 6-A Gang III, Minggu
Malam (23/10)
“Jika
curah hujan di kabupaten Jember pada tahun-tahun sebelumnya, hanya berkisar
diantara 150 sampai 300, namun mulai bulan
November 2016, dipridiksi akan mengalami peningkatan sampai 500, bahkan hingga mencapai
600” Katanya.
Menurut
Rizal Potensi banjir dan longsor biasanya terjadi pada kemiringan 70, sesuai peta kementrian Sumberdaya Mineral, di
Jember seperti kali Gunung Argopuro, kaki gunung Raung, kemudian Gugusan
Mandiku, Lemongan, dengan curah hujan tertentu.
Perkiraan
BMKG, musim hujan pada akhir Oktober- Nopember,
puncaknya diperkirakan Desember-Januari, pada 200 hingga 500 mm terjadi di Arjasa-Jelbuk
(Wilayah Timur) dan barat, adalah Sukorambi hingga Sumberbaru, “ini yang perlu
kita waspadai, khususnya tanah longsor, dan banjir bandang”, Jelasnya.
Sementara
untuk yang menerima air, di hilir,
wilayah selatan mulai Kencong, hingga
Temporejo, yang diakumulasi pada tiga DAS besar, sungai Tanggul, kemudian
Bedadung, dan Sungai Mayang, “Ketiga-tiganya ini menjadi prioritas pemantauan BPBD
selama 24 jam, terutama saat curah hujan cukup tinggi” tegasnya.
Untuk
itu Rizal, berharap agar masyarakat lebih waspada, terutama mereka yang tinggal
disekitar lereng kaki Gunung Raung dan Gunung Argopuro, termasuk warga yang
tinggal di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), serta daerah-daerah lain yang banjir.
(eros)