
Pasalnya meski produksi panen melimpah dan berkualitas
baik, ternyata keuntungannya tidak berpihak pada petani di desa Jamberarum
kecamatan Puger Kabupaten Jember. Pasalnya cabe di Jember bagian selatan hanya
dihargai kisaran angka 1500 ribu rupiah perkilogramnya.
Harga tersebut menurut Muhammad
Jupri, petani cabe stempat, sangat jauh dari harapan petani, karena tidak
sebanding dengan biaya produksi yang mencapai 30 juta rupiah perhektarnya, belum
lagi biaya sewa lahan perhektar yang mencapai 25 juta rupiah pertahun.
Akibatnya anjloknya
harga cabe petani mengaku merugi hingga puluhan juta rupiah, “Petani baru bisa
mendapat keuntungan jika harga cabe ditingkat petani bisa menyentuh harga sepuluh
ribu rupiah perkilogramnya”, Katanya, Jumat (15/9)
Anjoknya harga
cabe menurutnya juga menimbulkan keresahan, bahkan sebagian lahan cabe milik dibiarkan
membusuk. “Kami tidak mengetahui penyebab pasti anjloknya harga cabe ini, hasil
panen tanaman cabe yang melimpah menjadi faktor utama merosotnya harga cabe”,
Keluhnya.
Untuk itu para petani
berharap kepada Pemerintah agar segera mengambil langkah untuk menyelamatkan
petani cabe dan menstabilkan harga cabe ditingkat petani, seperti adanya
regulasi tentang ketentuan harga cabe dipasaran dan sebagainya” Harapnya
Hal sendana juga dikeluhkan buruh tani, “Saat ini buruh
tani hanya mendapat upah 25 ribu rupiah sehari, sedangkan saat harga cabe
stabil penghasilan buruh tani bisa mencapai 50 ribu rupiah perhari”, Kata Siti Aisyah,
buruh tani setempat. (eros)