![]() |
Pelatih dan pemain Sepak Bola Sindo Dharaka saat mengunjungi di RS Jember Klinik |
Pernyataan itu
disampaikan Komandan Brigif Infantri (Danbrigif) Raider 9 / 2, Kolonel Robby
Suryadi saat berkunjung di ruang
Antorium kamar 232 Rumah Sakit
(RS) Jember Klinik bersama Kapolres, AKBP Kusworo Wibowo, Dandim 0824, Letkol
Arief Munawar, dan Wakil Ketua DPRD, Ayub Junaidi, Kamis (5/7/2018) pagi.
"Saya selaku komandan Brigif menyampaikan
permohonan maaf dan saat ini staf kami masih mem BAP 4 pemain dari unsur
anggota kami, karena di club Dharaka Sindo, ada 6 pemain dari anggota kami, dan
pada pertandingan kemarin 4 anggota kami yang ikut bertanding,"
ujarnya.
Lebih lanjut Kolonel Robby menjelaskan bahwa Club Dharaka Sindo saat ini bukan sepenuhnya milik
Brigif, tapi sudah merger dengan Samudra Indonesia (Sindo) sehingga
namanya menjadi Dharaka Sindo. "Kami hanya memfasilitasi akomodasi
pemain dan manager seperti kendaraan dan tempat latihan," Jelasnya.
Namun demikian Ia berjanji akan tindak tegas
anggotanya yang terbukti terlibat penganiayaan saat laga di JSG Jember. "Kami
masih menelisik rekaman video terlihat offisial dan pemain sindo dharaka,
menggeroyok korban ketika mengambil foto, salah satunya oknum anggota t-n-i
berpakaian p-d-l.
“Dua oknum t-n-i
berinisial S dan W, yang ada dalam rekaman video tersebut telah kami periksa
dan dimintai keterangan oleh Subdanpom, sanksi tegas sesuai hukum akan
ditegakkan terhadap keduannya apabila mereka terbukti bersalah”, tegasnya.
Sementara Komandan
Kodim 0824/Jember Letkol Inf Arief Munawar, sangat prihatin atas perestiwa yang
menimpa seorang Wartawan. "Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran, agar
perestiwa yang sama tidak terulang lagi dimasa mendatang." tuturnya
Sementara, Kepala Kepolisian
Resor (Polres) Jember AKBP Kusworo
Wibowo, SH, SIK, MH, berjanji akan segera melakukan penyelidikan lebih lanjut atas
kasus ini, dengan melaukan pemeriksaan kepada sejumlah saksi korban dan penitia
pelaksana pertandingan.
Permohonan maaf juga disampaikan oleh pelatih tim Sepak bola
yang mendampingi belasan pemain sepak bola Sindo Dharaka yang juga mengunjungi
RS Jember Klinik tersebut Kamis (5/7/2018) malam. “Saya atas nama tim Sindo
Dharaka menyampaikan mohon maaf kepada Pak Oriza dan keluarga,” Lettu Suyanto Ws
paspangop
Tujuan kami membina sepak bola itu sebernarnya tidak
lain hanya ingin membawa nama sepak bola Kabupaten Jember, tidak ada maksud
lain. “Kejadiannya berangkat dari ketidakpuasan pemain kepada wasit atas
pelanggaran yang tidak jelas pelanggarannya hingga terjadi tendangan finalti”, Jelasnya
Mungkin karena, mereka banyak yang masih muda, tidak
bisa mengendalikan emosinya, kemudian kemarahan dilampiaskan kepada mas oriza
yang saat itu sedang mengambil foto saat kejadian itu, “untuk itu sekali lagi
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga kejadian ini menjadi pelajaran
bagi kita”, pungksanya.
Sementara Oryza menyampaikan terima kasih atas
kunjungannya dan mengapresiasi respon cepat Danbrigif dan Kapolres Jember,
secara pribadi dirinya sudah memaafkan para pelaku penganiayaan. "Saya
mengapresiasi respon cepat jajaran polres Jember dan Danbrig yang segera
mengusut kasus ini," katanya.
Karena kasusnya sudah diserahkan kepada aparat penegak hukum, ia mempercayaan
sepenuhnya kepada mereka. Namun Oriza menyayangkan pengeroyokan tersebut.
“Jangankan dikeroyok, sama satu orang tentara seperti kalian saja, saya pasti
kalah, tetapi kenapa saya diperlakukan
seperti itu, padahal Saya tidak kenal kepada kalian semua”, katanya sambil menangis saat dikunjungi tim
dan belasan pemain.
Insiden ini terjadi saat
melakukan peliputan pertandingan lanjutan liga tiga sepak bola indonesia antara
kesebelasan Persid Jember melawan Sindo Dharaka berlangsung pada Rabu kemarin,
dalam pertandingan tersebut kedua kesebelasan bermain imbang 1-1.
Sebelumnya beberapa organisasi Jurnalis di Jember
yakni Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Aliansi Jurnalis Independen
(AJI), serta Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember mengutuk kejadian
penganiayaan yang kembali memipa wartawan.
"Kami memang berencana ke Denpom untuk melaporkan
kasus ini, namun Pak Kapolres dan Komandan Denpom dan Danbrig sudah menjenguk,
mereka akan melihat vidio untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat, kalau
anggota TNI dilimpahkan ke Denpom, dan warga sipil ditangani Polres," ujarnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ketua Forum
Wartawan Lintas Media (FWLM) Jember, Ihya Ulumiddin, menurutnya kejadian
tersebut seharusnnya tidak boleh terjadi, kejadian ini menunjukkan bahwa
prefesi wartawan di Indonesia masih belum aman.
Untuk itu pria yang biasa disapa Udik ini berharap agar
kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi semua fihak, agar kejadian serupa
tidak sampai terulang lagi dimasa yang akan datang. “Kami minta kejadian ini
dapat menjadi pelajaran, agar tidak kembali terulang lagi dimassa mendatang”,
harapnya. (edw/eros).