
Pasalnya mereka merasa
dihalang-halangi dalam tugas jurnalisnya, bahkan yang sudah di area Tanoker di Desa
/ kecamatan Ledok Ombo itu juga diusir Penitia dengan alasan tidak jelas. Untuk
itu para jurnalis dari media cetak, online dan elektronik ini memboikot dengan
meletakkan ID Card dan alat liputan.
“Sejak awal para juru
warta diombang-ambingkan, karena merasa dihalang-halangi, semua wartawan yang datang,
sepakat memboikot acara yang dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise Susana ini”. Kata Hamka jurnalis televisi
yang turut aksi protes ini.
Padahal, sebelumnya para
wartawan diminta meliput festival salah satu ikon festibal wisata tahunan Jember
ini, tetapi sesampainya di start di Polsek Ledok Omba, malah diminta balik
kanan, Padahal dititik itulah, sebelumnya kata salah-satu panitia wartawan bisa
mewawancarai Menteri Yohana.
“Padahal kami datang
kesini atas undangan. Dan saat itu kami juga sudah menunjukkan ID Card dari
Panitia Tanoker, tapi tetap tidak boleh masuk, akhirnya kami memutuskan, kalau
memang tidak boleh wawancarai Ibu Menteri berarti kami juga tidak boleh meliput
festival engrang,” katanya.
Merasa kerja
jurnalistiknya dihalang-halangi, para pekerja media ini berupaya menemui ketua
panitia untuk menyampaikan protes secara langsung. Namun, lagi-lagi upaya yang
dilakukan tak menuai hasil. Meski begitu, ada perwakilan panitia bernama Titin
yang berusaha menjelaskan ke wartawan atas insiden tersebut.
Hal senada dibenarkan Jurnalis
Televisi Yusuf, Menurutnya saat akan masuk
dari pintu depan juga tidak boleh, bahkan pintunya dikunci pakai kawat oleh petugas.
“Sebemarnya kami berharap ketua panitia meminta maaf, karena yang bersangkutan
tidak menemui, teman-teman sepakat memboikot”, katanya.
Ketua Forum Wartawan
Lintas Media (FWLM) Jember, Ihya Ulumiddin, menyayangkan pelarangan peliputan
yang dilakukan oleh pihak Tanoker. Pria yang akrap disapa Udik ini mengecam
kejadian ini, dan berharap kejadian serupa tidak terulang lagi di Jember.
Titin beralasan, bisa jadi
insiden itu bukan pelarangan, tapi hanya sikap yang ditunjukkan panitia yang
bertugas menjaga pintu tersebut arogan. Karena panitia itu khawatir banyak
orang yang masuk ke lokasi Menteri Yohana singgah. “Karena memang, di dalam
tadi kemasukan sekitar enam orang,” dalihnya.
Penjelasan Titin ini, justru
menambah kondisi kian memanas. Selanjutnya, para pekerja media meminta bertemu
dengan panitia yang melarang wartawan, serta bertemu ketua panitia
penyelenggara. Mendengar permintaan itu, Titin mengaku ketua panitia masih
sibuk, dan tak bisa menemui wartawan.