Jember, MAJALALAH-GEMPUR.Com. Peristiwa longsor Sabtu (15/12/2018) di
Gunung Gambir kaki Argopuro Dusun Tampingan Desa Gelang Kecamatan Sumberbaru, Jember,
Jatim disinyalir karena hutan yang gundul akibat penebangan yang dilakukan
terus menerus.
Penyebabnya karena lemahnya pengawasan BKSDA, Perhutani,
mudahnya izin tebang tanpa survey lapangan dan minimnya reboisasi.”Untuk itu Pemerintah
harus mengambil langkah tegas untuk mengembalikan fungsi hutan, dan memberi
tindakan tegas oknum dan pihak terkait
yang bermain”, pungkasnya. (eros).
Kalau penebangan hutan ini
tidak segera dihentikan maka akan berdampak sangat luas khususnya warga yang tinggal
di belahan barat kaki Gunung Argopuro mulai dari Kecamatan Jelbuk, patrang,
Kaliwates, Panti, Sukorambi, Rambipuji, Bangsal, Tanggul dan Suberbaru, dan
sekitarnya seperti Kencong dan lain-lain.
Bukan hanya ancaman banjir
dan longsor saat musim penghujan, sebaliknya di musim kemarau juga akan mengalami
kekeringan. Tegas anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air (TKPSDA) Bondoyudo
Baru yang membawai Wilayah kabupaten Lumajang, Jember dan Banyuwangi, Eko
Sunarko Minggu (16/12/2018).
“Banjir dan longsor ini terjadi
lantaran sumber mata airnya mati, karena tegakan kayu yang berfungsi sebagai resapan
air habis, dampaknya saat hujan akan banjir dan krisis air saat kemarau,
karenanya Pemerintah dan masyarakat harus bisa menyelamatkan hutan sebagai
denyut nadi kehidupan manusia ini”, harapnya.
Boleh Perhutani dan
perkebunan itu membuat kebun kopi atau tanaman lain untuk kesejahteraan warga
sekitar, tetapi jangan sampai tanaman kayu keras ditebang. "Kopi itu kan tanaman
tumpang sari, tetapi jangan sampai mengabaikan fungsi hutan untuk menyerap air,
terutama hutan lindung”, katanya.
.
Pasalnya sumber
penghidupan akan air untuk warga Jember ini sangat bergantung pada aliran
sungai yang mengalir dari hulu Gunung Argopuro, karena menyuplay 37 anak sungai
yang mengalir ke Kali Tanggul,
Bedadung, Rambipuji, Bondoyudo dan Mayang, terbanyak adalah Kali
tanggul”, jelasnya.
Jika Gunung Argopuro sudah
tidak bisa lagi menyediakan air dan mengalirkan ke ke sungai-sungai, maka hal ini
merupakan ancaman atau bencana besar bagi warga Jember. “Disamping ancaman
banjir dan longsor, juga sawah-sawah terancam
kekeringan, dan mengancam swasembada pangan”, lanjutnya.
Eko mencontohkan Dam induk
(DI) karang lo Desa Tanggul wetan saat kemarau tiba, debit airnya kini sudah kuang
1 kubik, bahkan hanya 0.5 kubik, padahal
sebelumnya antara 1.5 hingga 2 kubik, apalagi sungai ini mengairi ribuan ha
sawah mulai dari Tanggul sebagian Semboro, hingga Umbulsari.