Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Ratusan santri yang tergabung dalam Aliansi
Pembela Kiai dan Ulama di Kabupaten Jember Jawa Timur Minggu (10/2/2019) pagi gelar
aksi tuntut Fadlizon meminta maaf.
Kapolres Jember AKBP Kusworo, mengatakan, Masyarakat menyampaikan
pendapat dimuka umum sudah diatur dalam undng-undang. "Aksi, longmarch
sejauh tiga kilo meter ini diikuti sebanyak tiga ratusan massa kemudian melakukan
berzikir di alun-alun berjalan tertip dan aman. "tandasnya. (edw).
Aksi Longmarch dari
Lapangan Talangsari, Kelurahan Jember Kidul, Kaliwates, menuju Alun-alun dan
aksi Zikir ini merespon puisi Fadli Zon berjudul ‘Doa yang Ditukar’ karena
dianggap menghina ulama, yakni KH Maimoen Zubair ini dapat pengawalan langsung
dari Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo SH, SIK, MH.
Ketua Banser Kabupaten
Jember Ayub Junaidi pada beberapa awak Media cetak dan elektronik menerangkan,
aksi ini merupakan bentuk mereaksi dari pernyataan dan ungkapan dari Fadlizone
yang selama ini sering mengdiskriditkan para ulama dan kiai untuk itu perlu
dihentikan.
"Perlakuan
pengdiskriditkan terhadap ulama dan kiai itu dilakukan bukan haya sekali namun
sudah sering kali diucapkan, dan ini merespon itu bawasanya para santri yang
ada di Jember menyangkan sikap dan pernyataan dari Fadlizone." kata Ayub.
Aliansi Santri Pembela
Kiai Jember minta maaf dalam 2 kali 24 jam. "Karena seorang pimpinan DPR
RI tidak pantas menyampaikan ungkapan seperti itu melukai para santri di Jember
khususnya dan Indonesian pada umumnya."jelas Ayub Junaidi yang juga
sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jember
Ayub Junaidi polikus dari
fraksi partai PKB berharap, untuk para tokoh pusat di Jakarta dan daerah agar
tidak mudah mengeluarkan stetmen, harus berpikir dampak dari ungkapan it, agar
tidak melukai hati masyarakat dan para santri umumnya, maka hal seperti itu
tidak diulangi.
Sebelum itu, massa
berkumpul di lapangan sejak pukul 08.00 WIB. Berdasarkan informasi yang
dihimpun, ratusan santri itu berasal dari seluruh Kabupaten Jember dan sebagai
ciri khas santri, mereka menggunakan sarung, kopiah, dan berpakaian muslim saat
melakukan aksinya.
Selain itu, ratusan banser
juga ikut mengawal aksi itu. Para santri itu berdatangan satu rombongan
menggunakan mobil bak terbuka dan truk. Mereka dari 26 kecamatan. Menurutnya,
aksi bela kiai ini penting karena kiai dan ulama seharusnya dihormati, bukannya
dihina atau dilecehkan.
“Kiai dari Rembang itu
Kiai Maimun Zubair atau saya biasa panggil Mbah Moen itu dihina, apalagi juga
di politisasi. Tidak seharusnyalah, sehingga saya ikut aksi ini,” kata Salah
Seorang Santri Ahmad Syaiful Anam, Minggu Pagi (10/2/2019). Pagi
Menurutnya Kiai harus
dijunjung dan dihormati layaknya guru yang dihormati dan dihargai jasa serta
ilmu-ilmunya. “Karena kita bisa memiliki ilmu dan nantinya bisa meniti hidup
karena jasa kiai. Apalagi kalau pemimpin yang sering sowan ke kiai, itu harus
dihormati karena lebih baik,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, salah
seorang anggota Banser Muhammad Zaini juga menuturkan, seorang kiai juga ibarat
orang tua kita yang memberikan nasehat dan ilmu-ilmunya yang bermanfaat. “Jadi
jika ada yang menghina atau melecehkan, tidak seharusnya dilakukan. Saya tidak
terima, dan lewat aksi ini semoga menjadi perhatian,” tegasnya