Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Warga Kecamatan Silo Kabupaten Jember Selasa,
(5/3/2019) kembali menggelar tasyakuran atas keberhasilan dalam melakukan penolakan
tambang di Blok Silo.
Setelah berhasil dengan penolakan tambang,
masyarakat harus berinisiatif agar kerusakan tidak sampai terjadi. “Jangan sampai
hanya ditanami dengan tanaman-tanaman polowijo saja, yang tidak bisa mencegah
terjadinya erosi, longsor, dan sebagainya,” wabup. (eros).
Tasyakuran kali ini
menghadirkan kiai kharismatik KH R Ahmad Azaim Ibrahimy dari Pondok Pesantren
Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo. Wakil Bupati Jember Drs. KH Abdul
Muqit Arief hadir dalam acara yang digelar di Balai Desa Pace, Kecamatan Silo
itu.
Menurut Wabup bahwa
jaminan agar di Silo tetap tidak ada penambangan adalah berkat kebersamaan
masyarakat. Terkait jaminan pemerintah, ujarnya, tergantung pada good will dari
pemimpinnya. Baik pemimpin di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi.
Menurut wabup, kebersamaan
masyarakat lebih penting untuk menjadi jaminan lingkungan terhindar dari
kerusakan akibat tambang. “Kebersamaan harus dirajut,” tutur pria yang juga
pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Silo ini, usai gelar tasyakuran,.
Yang dikhaatirkan dengan pertambangan
adalah kerusakan lingkungan, tetapi menjaga lingkungan tidak hanya dengan
menolak tambang bisa juga dilakukan dengan menanam tanaman keras di lahan yang
rawan longsor. “Menolak tambang bukan satu-satunya jalan menjaga lingkungan,”
imbuhnya.