
Aplikasi Saku Pintar Pencegah anak Stunting berbasis android “Si Canting”
dipilih untuk mempermudah masyarakat mengingatnya. Peluncuran Aplikasi ini
merupakan bentuk kepedulian para istri-istri Polisi terhadap persoalan yang terjadi
di masyarakat, khususnya stanting anak di Jember tergolong masih tinggi.
Banyak anak-anak yang menderita stanting “Kami mendengar informasi dan
mengetahui masih banyak anak-anak stating di Jember khususnya di kecamatan Jelbuk,
bahkan sudah menjadi pembahasan nasional”, Jelas Ketua Bhayangkara Kabupaten Jember, Nyi
Cut Laura Kusworo usai peluncuran
Aplikasi ini.
Istri Kapolres Jember, AKBP Kusworo Wibowo, SH, SIK, MH menjelaskan bahwa
Stunting anak itu bisa dilihat dari kondisi anak-anak ini gagal tumbuh, bisa dilihat
dari tinggi, berat badannya yang tidak sesuai seusianya, itu tentunya berkaitan
dengan gizi yang diperoleh, namun banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya.
Masyarakat yang kurang edukasinya, terkadang kita sebagai seorang ibu menganggap
anak hanya cukup dibekali nasi, ayam atau daging itu sudah cukup untuk
menunjang gizi, kenyataannya itu masih kurang, tapi harus ditambah tahu, tempe
sayur buah dan susu.
“Yang kita tekankan disini adalah bukan makanan yang mahal atau bermerek
tetapi makanan sehat yang memang olahan dari seorang ibu yang lengkap isinya
ada vitamin a, b, atau c, disitu lengkap vitaminnya seperti buah-buahan sayuran
dan juga proteinnya juga ada disitu dan itu dan tidak harus mahal”, jelasnya
Melaihat keyataan itu sebagai seorang ibu yang mempunyai anak dirinya
mengaku empati, maka bersama Ibu-ibu Bhayangkara dan sejumlah
fihak merumuskan mencari solosi bagaimana caranya bisa berbuat sesuatu untuk bisa
mencegah angka stanting ini, maka akhirnya dapat diluncurkanlah Aplikasi ini.
Disitu dijelaskan caranya memasukkan data dari anak-anak kita, usia, sekian
berat badannya, sekian tingginya termasuk dalam kategori stanting, disitu ada
rumusnya dan akan keluar si anak ini kategori stunting dan cara mencegahnya, mudah-mudahan bermanfaat.
“Kami akui kami belum terlalu pintar apalagi menguasai bidang ini, tetapi
kami ingin berbuat satu hal yang sekiranya bermanfaat untuk masyarakat, oleh
karenanya kami butuh masukan dan saran, supaya aplikasi ini bisa menjadi besar
dan bermanfaat untuk masyarakat Jember”, jelasnya.
Dalam apikasi itu dijelaskan apa
itu stunting dan cara pencegahannya “Insya-Allah kedepannya kami akan
mendatangi kecamatan-kecamatan yang memang tinggi tingkat stuntingnya, kami
akan datang dan memberikan vitamin kita
akan memberikan edukasi tentang apa dan seperti apa sih stunting itu”,
lanjutnya.
Yang perlu diketahui bahwa aplikasi ini katanya, tidak ada royalti ataupun apapun. “Kita
betul-betul niat kita tulus ikhlas untuk membantu dari anak-anak ini jadi tidak
ada tidak ada maksud lain semua hanya untuk membangun anak-anak supaya bisa
tumbuh dengan sehat dan sewajarnya”, tegasnya.
Peluncuran Aplikasi berbasis Android Si Canting ini mendapat Apresiasi
dari Kepala Seksi Kesehatan dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah
Kabupaten Jember, Masyarakat Dwi Andarisasi, MSI, bahkan dirinya mengaku bersyukur
sekali, pasalnya di aplikasi ini dapat memantau status gizi balita.
“Saya lihat di aplikasi itu tidak sekedar memantau, status gizi balita,
tetapi, dilengkapi juga dengan saran, kemudian permasalahan yang ada pada
balita itu dan apa yang harus dilakukan oleh ibu ketika balitanya bermasalah,
jadi ini suatu hal yang bagus, dimana Jember termasuk wilayah yang lokus
stunting”, katanya.
Di Jember katanya ada 10 Desa Lokus Stunting di 8 kecamatan, yaitu di
Gumukmas, Panti, Ledokombo, Kalisat, Kencong, dan Jelbuk, dengan upaya dari
Bhayangkari ini harapan kita, dengan keberadaan anggotanya yang hingga rating ini,
kami berharap bisa mengurangi angka stunting di Kabupaten Jember.
“Penderita terbesar ada di masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah,
tetapi juga ada diluar itu, tetapi prosentasinya tidak banyak, karena lebih
pada prilaku, polah polah asuh yang salah, ini yang menyebabkan, walaupun
mampu, tetap tetap terkena kurangnya asupan gizi,
Bersasarkan survey Pemantauan Status Balita (PSG) tahun 2014 di Posyandu
oleh provinsi Jatim memang tinggi diatas 41 persen, tetapi survey hasil operasi
timbang tahun 2019 bulan Januari, sudah turun 11 persen, sekitar 17 ribuan
balita, cukup banyak memang, jadi kita punya PR Besar,” jelasnya.