
Dibentuknya Kampung taguh di Dusun Klanceng Desa Kamal ini
dapat suport Muspika kecamatan setempat, sebagai pilot project, Desa Siaga
Covid-19, berbasis pemberdayaan masyarakat,
guna menjaga imunitas sosial menghadapi era baru (News Normal) ditegah wabah asal
wuhan ini.
“Kampanye penanggulangan Covid-19, dilakukan melalui pendekatan
cerita rakyat, Seni Tradisi "Macopat Dan Ta Butaan" yang mengangkat kembali memori lokal mengenai
wabah, pagebluk atau masa paceklik pangan”, Ujar Camat Arjasa Ir. Herwan Agus, Rabu
Siang (27/5/2020) kemaren.
Secara simbolis, Muspika Arjasa dan Kepala Desa Kamal
didaulat memasang masker pada dua Jenis
Patung (Semacam Ondel-Ondel) Seni
Tradisi “ Ta Butaan “ sebagai penanda
kesiapsiagaan kelompok masyarakat mandiri Kampung Tangguh yang tanggap waspada dan respon cepat.
Acara berlangsung sejak Jam 09.00 Wib hingga menjelang
sore hari, di hadiri Unsur Muspika,
Perangkat desa, Petugas Dinas Kesehatan, tokoh masyarakat, seniman/ budayawan lokal
dan masyarakat yang tergabung dalam kelompok pemberdayaan.
Kampanye, sengaja melibatkan peran tokoh seni budaya atau
agensi lokal, dimaksudkan agar dapat membawa dampak yang cukup signifikan
karena himbauan berasal dari kalangan sendiri akan lebih banyak di dengar dan
justru lebih mudah untuk dipahami.
Acara diawali dengan pelatihan pemulasaran Jenazah Korban
Covid 19 dan protokol kesehatan penanggulangan Virus Corona, lalu penampilan
seni budaya lokal yang konon tradisi ini digunakan sebagai tolak bala di masa
wabah atau pagebluk.
“Dari data yang ada, dan sudah saya cek di Dinas
Kesehatan, pada kenyataan disini Alhamdulillah baik ODP, OTG dan PDP di desa
ini masih nol. Untuk itu Mupsika Arjasa dan tiga pilar sangat antusias dengan
program pemandirian masyarakat melalui Kampung Tangguh ”, Imbuhnya.
Hal senada diungkapkan oleh Kades Arjasa Kusnadi.
Menurutnya bahwa penggunaan memori kolektif ini menjadi penting karena pada
dasarnya masyarakat dipedesaan mudah untuk mengingat peristiwa yang telah terjadi
dimasa lalu.
“Dengan demikian sosilisasi melalui sentuhan budaya lokal
asli desa, baik mengenai physical distancing maupun protokol kesehatan akan lebih dipatuhi oleh masyarakat, tanpa
perlu menggunakan tekanan, ”terangnya“.