“Keberpihakan media utama terhadap anak terkait pemberitaan positif, saya amati sampai hari ini memang masih minim. Pemberitaan positif dimaksud, misalnya terkait prestasi baik akademik maupun non akademik,” kata pemateri praktisi media televisi, Nursalim. Lanjutnya, justru yang mencuat tentang anak berita berita sensualitas, mulai dari pemberitaan pernikahan anak, anak terseret konflik rumah tangga, dan berita lainya terkait permasalahan anak dan remaja.
“Anak kebut-kebutan, minum-minuman keras, konsumsi pil koplo dan lainya, bad news is good news lah memiliki daya tarik. Mengingat media juga bersaing ketat untuk mendapatkan views atau tayangan, mendapatkan iklan agar usaha medianya mendapatkan pemasukan,” ujarnya.
Pesatnya perkembangan media di era digital cukup membuat sesak jagad maya. Tahun 2018, menurut catatan Dewan Pers, terdapat lebih dari 44.000 media online dan 2.000-an media cetak di seluruh Indonesia. Permasalahan semakin menjadi pelik, karena perkembangan media sosial juga penuh sesak menjadi pesaing media massa. “Semua media kini terjebak dalam pusaran algoritma, gak viral gak cuan, persaingan akhirnya tidak sehat”, jelasnya.
Salah satu dampak buruk, menurutnya, tak jarang media mengabaikan rule (aturan) dalam memberitakan anak. Mulai dari pemilihan topik berita, sampai diksi diksi yang dipilih tidak serius mempertimbangkan apa yang terjadi dikemudian hari. Anak tidak bisa dieksploitasi oleh media secara terbuka, hingga akhirnya dalam jangka pendek atau jangka panjang membuat trauma atau dampak lainya terkait tumbuh kembang anak.
Pemateri kegiatan sekaligus Project Officer SuaR Indonesia, Budiman Widyanarko menyampaikan perlunya media ramah anak untuk tumbuh kembang anak; baik secara fisik, psikologis, sosial, keluarga dan perilaku. “Media yang mau memberitakan tentang anak, dengan mempertimbangkan kaidah kaidah jurnalistik juga rasa kemanusiaan. Apapun kondisinya itu anak karena pelaku kejahatan maupun korban. Karena sejatinya itu bukan sepenuhnya kesalahan anak”, tuturnya.
Selama ini LPM SuaR Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Gemilang sehat Indonesia mengembangkan program pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP/MTs) di dua kecamatan di Kabupaten Jember. Program berada di dua Kecamatan Silo dan Ledokombo Kabupaten Jember.
Program sudah berjalan mulai Mei 2022 hingga saat ini kegiatan sosialisasi, penguatan kapasitas, hingga advokasi mendorong kebijakan telah di lakukan. Siswa sebagai penerima manfaat program di dukung dengan guru pendamping setara (Semangat Dunia Remaja), manajemen sekolah , pengurus dan pengasuh pondok Pesantren, layanan Kesehatan puskesmas, muspika, DP3AKB, Kemenag, dinas Kesehatan dan dinas Pendidikan,unit layanan PPA kepolisian, penyedia layanan non pemerintah, Organisasi masyarakat Sipil (OMS) eerta pelibatan media massa.
“Pelibatan media massa sangat penting dalam proses kampanye pencegahan perkawinan anak, kehamilan tidak diinginkan dan kekerasan berbasis gender seksual. Selain itu, pemberitaan praktik baik program khususnya praktik baik yang sudah dilakukan di sekolah pilloting perlu dipublikasikan agar dapat direplikasi,” paparnya. Pemberitaan Menurutnya, yang berpihak kepada kelompok rentan dalam hal ini pemberitaan terkait hak anak, perempuan dan pemberitaan ramah anak menjadi penting untuk dikuatkan. Awak media atau journalist sebagai agen pemberitaan harus mempunyai frekwensi dan pemahaman yang sama terkait perempuan dan anak sebagai bagian kelompok rentan terseb
ut. (r1ck)