Translate

Iklan

Iklan

Janji Bupati Jember, MZA Djalal Untuk Pedagang Pasar Kencong

1/11/12, 17:30 WIB Last Updated 2012-11-02T11:17:24Z
Babak Baru Masa Depan Pedagang Pasar Kencong.

Jember MAJALAH-GEMPUR.Com. Siang yang panas itu perlahan mulai teduh, beberapa orang pengurus Persatuan Pedagang Pasar Kencong (P3K) terlihat mulai memasuki Kantor Pemkab Jember. Perwakilan Pedagang ini hendak bertemu dengan Bupati Jember, MZA Djalal, Rabu (11/1/12), untuk menyampaikan beberapa tuntutan tentang masa depan pedagang pasar kencong, yang selama enam tahun terahir ini nasib mereka terkatung-katung.

Sesampainya dilantai dua gedung Pemkab,  langkah perwakilan pedagang itu mendadak terhenti. Petugas Satpol PP yang ditugasi menjaga jalannya pertemuan, melarang seluruh perwakilan masuk, dan hanya mengijinkan lima orang dari sembilan orang yang turut dalam kesempatan itu. Larangan itu diprotes oleh H. Azizi, Ketua P3K, dan sempat diwarnai ketegangan, “kalau kami tidak diperbolehkan masuk semua, kami akan pulang,” pekik Azizi, yang mengancam akan menbatalkan pertemuan tersebut.

Negosiasi mulai dilakukan, ahirnya seluruh perwakilan pedagang diijinkan masuk dan mengikuti agenda tersebut. Didalam ruangan, beberapa Pejabat tampak sudah hadir. Sekretaris Daerah (Sekda) jember, Sugiharto, dan Kepala Dinas Pasar, M. Hasi Madani terlihat sudah duduk mengelilingi meja oval didalam gedung itu.

Sembari menunggu MZA Djalal hadir, beberapa perwakilan pedagang terlibat dialog santai dengan pejabat pemkab jember itu. Walaupun masih tersisa guratan-guratan ketegangan diantara mereka.

“Assalamu’alaikum,” ucap Djalal yang memecah suasana saat itu, dan dilanjutkan dengan berjabat tangan kepada para perwakilan pedagang.  Sekitar pukul 13.30 WIB, dialog tersebut dimulai. Diawali dengan memperkenalkan diri sembilan orang perwakilan pedang, Azizi menggugah kembali ingatan Djalal akan nasib pedagang pasar kencong setelah api meluluh lantakkan lapak-lapak mereka, 15 Agustus 2005 silam, tepat dua hari sebelum hari kemerdekaan negeri ini diperingati.

“Tepatnya tanggal 6 Januari 2006, kita dipindah kepenampungan, waktu itu njengenan (Djalal_red) juga ikut hadir. Namun selama enam tahun ini tidak pernah ada koordinasi dari Pemkab kepada para pedagang, tahu-tahu tahun 2009 ada pembangunan pasar. Sayangnya pembangunan pasar baru itu tidak pernah ada sosialisasi dari Pemkab, baik itu informasi maupun musyawarah kepada para pedagang pasar kencong,” terang,  Azizi, mengingatkan kejadian enam tahun yang lalu.

Diluar gedung hujan mulai turun, seolah mendinginkan suasana yang mulai hangat. Azizi, saat itu mulai mempertanyakan status tanah diarea pembangunan pasar baru yang saat ini masih menjadi milik PTPN XI,  ia meminta kepada bupati agar tanah yang nantinya akan ditempati oleh pedagang tersebut menjadi aset milik Pemkab Jember, “entah dibeli ataupun melalui tukar guling,” katanya. Dalam kesempatan itu Azizi juga meminta ada prioritas terhadap pedagang lama yang menjadi korban kebakaran untuk menempati pasar baru nantinya.

Satu-persatu perwakilan pedagang menyampaikan uneg-unegnya kepada bupati, pada intinya mereka meminta bupati segera mengambil kebijakan akan nasib pedagang yang selama enam tahun terahir ini terkatung-katung.

Dalam dialog itu ada satu fakta yang mencengangkan. Dari sekitar 699 pedagang korban kebakaran, saat ini hanya tersisa 480 pedagang saja, selebihnya ada yang melakukan transmigrasi bahkan ada mengadu nasib ke negeri tetangga menjadi TKI. “Setelah desember 2011 kita melakukan pendataan, ternyata jumlah pedagang hanya ketemu 480 itupun yang 20 orang adalah pedagang baru. Terus kemana yang 200 sekian,” ungkap M. Sholeh, ketua LSM Mina Bahari, yang turut mendampingi pedagang. Ternyata, lanjut Sholeh, sisanya mencari peruntungan dengan bertransmigrasi bahkan ada yang keluar negeri menjadi TKI.

Kalimat demi kalimat disampaikan oleh para perwakilan pedagang. MZA Djalal, yang saat itu duduk diujung timur meja berbentuk oval tersebut, mendengarkan dengan seksama sembari menggulung tembakau dan sesekali mengihisapnya. Hingga tiba gilirannya menanggapi permasalahan yang disampaikan oleh pedagang.

Namun sebelum Djalal, begitu ia akrab disapa, menanggapinya, terlebih dulu Djalal mempersilahkan anak buahnya untuk menyampaikan beberapa hal mengenai kondisi terahir tentang permasalahan pedagang pasar kencong. Diawali oleh Kepala Dinas Pasar, M. Hasi Madani, kemudian disambung Sekda Jember, Sugiharto dan disusul kemudian oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Ir. Merwin. Secara normatif mereka menyampaikan laporannya kepada Djalal, dan diketahui pembangunan pasar kencong baru tersebut mencapai 55 persen dan hingga kini sudah tidak ada pembangunan lagi.

Ketika itu, suasana mulai hening saat Djalal mulai menyampaikan tanggapannya atas persoalan yang dihadapi oleh para pedagang, berkali-kali suami Sri Wahyuni tersebut meminta maaf kepada para perwakilan pedagang. “Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas keruwetan-keruwetan selama ini sehingga sampeyan-sampeyan tidak bisa berjualan dengan enak, saya jadi bupati wes pirang-pirang tahun gak mari-mari (saya jadi bupati sudah beberapa tahun, tapi tidak selesai_red),” tutur Djalal, seolah menyesali kebijakannya atas persoalan pedagang pasar kencong yang terus berlarut-larut dan tak menemukan penyelesaian.

Suasana mulai mencair seletah Djalal menyampaikan permintaan maafnya. “Tapi saya tidak cukup meminta maaf saja, saya akan tebus persoalan ini dan segera menyelesaikannya dengan baik,” paparnya. “persoalan ini akan saya ambil alih secara pribadi, jadi jangan percaya kepada siapapun termasuk kepada investor maupun kontraktor,” lanjutnya.

Mengenai masalah tanah yang saat ini masih menjadi milik PTPN XI, Djalal berjanji akan mengambil alih tanah tersebut menjadi asset Pemkab, “sudah, masalah tanah jadi tanggung jawab saya, kalau sampai ada yang mengusir (pedagang_red) presiden obama sekalipun nanti akan berhadapan dengan saya, kalau perlu nyawa saya tak kasikan, temenan pak,” janji Djalal seraya meyakinkan para pedagang.

Sontak pernyataan Djalal itu mengejutkan perwakilan pedagang, Djalal yang sebelumnya dikenal sangat sulit ditemui oleh para pedagang, tiba-tiba begitu mudah mengumbar janji-janji. Bahkan dalam pertemuan itu, sang bupati juga menjanjikan potongan harga atau subsidi dari APBD Jember bagi pedagang lama yang akan menempati bangunan pasar baru tersebut.

Sore perlahan mulai menjelang, diluar gedung hujan semakin deras mengguyur kota tembakau ini. Ahirnya, mau tidak mau audiensi yang berjalan kurang lebih dua jam tersebut harus berakhir. Seusai pertemuan itu, tercatat dengan jelas janji-janji sang bupati dalam benak mereka, harapan baru sekaligus kekhawatiran baru bagi para pedagang pasar kencong. Yakni harapan akan penghidupan yang lebih baik dan kekhawatiran akan realisasi janji bapak Bupati.

Untuk diketahui, Pasar Kencong adalah pasar terbesar di wilayah Jember selatan yang terbakar dua kali, tahun 2005 dan 2006 lalu. Sekitar Oktober 2009, setelah menjalin nota kesepahaman dengan PT Perkebunan Nusantara XI, Pemerintah Kabupaten Jember membangun pasar baru di atas lahan pabrik gula Semboro.

Saat itu, CV Bintang Soraya dengan kuasa direktur Sukandar diberi waktu 18 bulan untuk membangun pasar baru. Dalam perjalanannya, investor beralih pada PT Cipta Karsa Karya Mandiri yang dipimpin langsung Sukandar. Namun hingga tenggat akhir Februari 2011, pembangunan pasar baru terselesaikan 54 persen, karena investor kesulitan pendanaan.

Pedagang Pasar Kencong sendiri sebagian menolak, jika pasar baru dibangun di atas lahan PTPN XI. Mereka khawatir dengan status tanah nantinya. Mereka menginginkan, agar rehabilitasi pasar tetap dilakukan di atas lahan pasar lama yang pernah terbakar. Saat ini, para pedagang tersebut masih berjualan di atas lahan pasar penampungan. (Rus)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Janji Bupati Jember, MZA Djalal Untuk Pedagang Pasar Kencong

Terkini

Close x