
Muhyit menceritakan, laporannya berawal dari peristiwa yang terjadi Jum’at
(18/1) pagi. Saat itu ia berusaha menegur Mahmud dan Alhadafi agar tidak
membangun pagar tembok di lahan samping rumahnya karena masih dalam sengketa.
Namun, bapak dan anak tersebut tampaknya tidak terima. Hal itu terlihat
dari reaksi keduanya yang melemparkan batu ke arahnya. Terhitung terjadi empat
kali lemparan secara beruntun. Lemparan pertama tidak mengenainya. Sedang lemparan
kedua berhasil mengenai kepalanya.
Begitu terkena lemparan batu, Muhyit terjatuh. Beberapa tetangga yang
mengetahui peristiwa tersebut segera melerai.
Muhyit mengaku heran dengan peristiwa tersebut. Sebab, tak seberapa lama
kemudian datang dua polisi dari Polsek
Jenggawah yang kemudian menanyakan kronologis peristiwa tersebut. Polisi juga
mengambil batu yang dilemparkan Mahmud dan Alhadafi. “Sepertinya ada settingan
dari mereka,” kata Muhyit.
Peristiwa tersebut tidak langsung dilaporkannya. Laporan ke polisi
dilakukan Jum’at malam setelah mendapat perawatan di Puskesmas Ajung. Diakuinya, akibat lemparan batu ke kepalanya
membuat dirinya pening dan mual. Laporannya
telah dicatat oleh petugas dan diminta untuk melaporkan kembali secara detail
setelah kondisi tubuh membaik.