
Hal ini dikeluhkan Heri,
petani asal Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, “tahun kemarin harga tembakau per
kilogram mencapai 90 ribu hingga 100 ribu, sedangkan tahun ini, untuk tembakau
dengan kwalitas sama hanya berkisar antara 50 ribu sampai 60 ribu per kilogram”. Keluhnya Jumat (18/7)
“Memang, momen sebelum
hari raya begini biasanya dijadikan pedagang untuk mempermainkan harga,
pedagang beralasan, gudang besar belum buka,” ucapnya. Padahal menurut Heri, cuaca
tahun ini mendukung sehingga kwalitas tembakaunya kali ini lebih bagus bila
dibandingkan tahun kemarin.
Pria 31 tahun tersebut
menambahkan, jika harga tembakau tetap tidak naik, maka para petani akan
merugi, “jelas rugi, menurut perhitungan saya, standart harga itu ya 70 ribu
per kilogram. Sebab, disini harga sewa lahan dan biaya untuk tenaga kerja
semuanya naik,” terangnya.
Mahmud, petani tembakau
yang lain, juga mengatakan bahwa petani tembakau diwilayahnya kini hanya bisa
pasrah, sebab harga tembakau masih jauh dari harapan. Namun, ia enggan untuk
beralih ketanaman yang lain, baginya tembakau menjadi sumber penghidupan
keluarga yang sudah dijalaninya selama bertahun-tahun.
Dia berharap pemerintah
segera turun tangan untuk membantu petani. Setidaknya ada intervensi pemerintah
untuk menentukan standat mutu sekaligus standart harga agar para petani tidak
dipermainkan oleh tengkulak maupun pedagang besar. (ruz).