![]() |
Kaepala Dinkes ; dr. H. Mohammad Imron, M Kes |
Kepala
Dinas Kesehatan Dr.H. Mohammad Imron, MKes, untuk mengatasi hal tersebut,
Dinkes akan bersinergi dengan pemerintah desa. “Untuk menanggulangi masalah
gizi buruk dan ketercukupan air bersih, Dinkes akan bekerjasama dengan
Pemerintah Desa. Sebab untuk tahun-tahun berikutnya, dana lebih banyak
dikucurkan pada desa”, kata Imron, Kamis (30/10)
Menurut
Dr. Imron, gizi buruk dan akses air bersih erat kaitannya dengan budaya
masyarakat Bondowoso, yang masih melakukan Mandi Cuci Kakus (MCK) di sungai.
Jadi air yang digunakan sehari-hari air kotor, yang akan berdampak kepada gizi
buruk.
Dikatakan,
untuk menyadarkan masyarakat agar menggunakan air bersih dalam kehidupan
sehari-hari agak sulit. Karena kebiasaan masyarakat desa melakukan aktivitas
yang menggunakan air itu di sungai. Di hulu mereka memandikan sapi,
dibelakangnya mencuci beras yang akan dimasak.
“Tapi
kami tidak akan putus asa. Karena hal ini merupakan upaya pencapaian Open
Defication Free (ODF) yaitu bebas buang air besar sembarangan. Tahun 2019, seluruh
masyarakat Bondowoso tidak boleh lagi buang air besar disungai”, jelasnya.
Dr.
Imron yakin, dengan bersinergi bersama pemerintah desa, gizi buruk dan akses
air bersih lambat laun akan teratasi. Dan bukan tidak mungkin, program WHO, ODF
tahun 2019 akan tercapai. Karena pemerintah desa lebih tahu karakter
penduduknya.
Sesuai
data Dinas Kesehatan hingga akhir Oktober, capaian ODF di Bondowoso sudah
mencapai 43%. Artinya, 43% warga Bondowoso sudah tidak ber-MCK di sungai,
sedangkan sisanya, 57% masih melakukan aktivitas MCK di sungai. (midd)