
Pasalnya sejak dipimpin birokrasi, paska reformasi selama
lima belas tahun terakhir, penyelenggaraan pemerintahan Jember tidak mengalami
perubahan yang berarti, bahkan cenderung mandeg.
Untuk itu kepemimpinan birokrat audah tak lagi sesuai dengan kehendak dan
kebutuhan masyarakat.
“Seorang Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang bekerja pada birokrasi pemerintahan pada dasarnya memang tidak
dipersiapkan menjadi pemimpin, “mereka secara kelembagaan hanya dipersiapkan
sebagai pelaksana profesional pada bidangnya,” ujar Abdul Kadar, salah seorang
deklarator, usai diklarasi, Kamis
(8/12).
Seorang birokrat, kata
Kadar, diharapkan secara baik dan terampil mengelola anggararan-anggaran
pembangunan. Namun, birokrat tidaklah terlatih untuk strategi-strategi
penentuan kebijakan, strategi problem solving, serta mau dibawa kemana arah
kebijakan tersebut, “padahal itulah tugas pemimpin, pemimpin harus memiliki
visi-misi dan pilihan strategi. Birokrat tidak memiliki karakter tersebut,”
tegas dia.
Sementara, Mohamad Arifin,
salah seorang figur yang akan maju
sebagai bakal calon bupati Jember mengapresiasi deklarasi tersebut. Menurutnya ini
adalah sebuah kepedulian elemen masyarakat yang telah melakukan pengamatan
secara kritis dan di dasarkan pengalaman yang panjang untuk sebuah sikap yang
luar biasa bagi perbaikan jember mendatang, “deklarasi ini adalah awal dari
sebuah perjalanan panjang, kita harus bersama-sama mengawalnya,” terang Arifin,
yang saat ini menjabat Rektor IKIP PGRI Jember.
Dia berharap, karena
langkah awal seluruh elemen masyarakat jember harus mengawal gerakan ini,
sehingga menjadi sinar yang dapat memberdayakan masyarakat. Jika terlaksana,
lanjut Arifin, maka gerakan ini dengan sendirinya menjadi kontrak untuk
melakukan pemberdayaan sumber daya manusia, “dan inilah yang menjadi kata kunci
bagi berkembang dan tidaknya sebuah daerah,” katanya.