Tri
Kasmani (80) warga RT 2 RW 18 Lingkungan Gebang Poreng Kelurahan Gebang
Kecamatan Patrang. Sudah lima tahun P Tri yang kesehariannya hidup dengan
mencari barang rongsokan untuk di jual kembali hidup sebatang kara di gubuk dengan
ukuran 3 x 4 meter hasil swadaya warga setempat.
Saat
Memo berkunjung di rumahnya Minggu (7/6), P Tri sedang membersihkan badan
karena seharoian bekerja mencari baragng rongsokan. Setalah selesai sholah
ashar kepada Memo yang di persilahkan maasuk ke dalam gubuk yang banyak
tumbukan barangh rongsokan di sana-sini.
“
Mohon maaf nak ya begini ini rumah saya berantakan, banyak barang rongsokan
untuk di jual lagi. Biasanya seminggu sekali saya mencualnya mas. Dapatnya
anatar 60-70 ribu seminggunya, “ kata P Tri sambil mempersilahkan Memo masuk
kedalam rumah.
P
Tri membuka awal kisah hidupnya. Dirinya menceritakan awal kedatangannya ke
Jember untuk merantau dan mencari kerja. Awal kerja sebagai sopir di PTP sejak
tahun 1960. Hingga berakhir tahun 1972 dimana saat itu terjadi krisis keuangan
sehingga berakibat pengurangan pegawai besar-besaran, termasuk P Tri juga ikut
di rumahkan.
“
Hampir semua karyawan saat itu di berhentikan mas mulai pegawai kecil seperti
saya hingga mandor, kecuali sinder yang aman, karena krisis keuangan,“ ujar P
Tri menerawang masa lalunya.
Selepas
dari PTP dengan pesangon yang tidak seberapa, P Tri kemudian menikah dan
tinggal di Jalan Manggar gg Kelapa di tahun yang sama 1972. Setelah menikah
dengan Gati tahun 1972, karena belum di karuniai anak sang istri mengangkat
anak dari saudaranya di tahun 1974 saat sang anak berusia 12 tahun.
“
Istri saya minta ngangkat anak namanya Elli Handayani mas, dia anak dari ipar
saya atau kakak dari istri, “ imbuh P Tri.
Kemudian P Tri mencari pekerjaan hingga menjadi sopir
Bus Akas sampai tahun 1992. Selepas bekerja sebagai sopir Bus Akas, P Tri
merantau ke Pulau Kalimantan.
Sebelumnya
P Tri menyampaikan amanat kepada Elli untuk menjaga ibunya yang dalam kondisi
sakit serta menitipkan surat tanah. Namun kepercayaan itu hilang saat P Tri
mendengar istrinya meninggal dan Elli menjual rumah karena memiliki hutang yang
banyak.
“
Saya juga kaget mas, dengar istri meninggal dan rumah mau di jual oleh Elli. Ketika
saya pulang dan bertemu anak angkat saya si Elli, Saya menolak mempertahankan
untuk tidak menjual rumah ini. Hingga lama-lama batin saya mengatakan untuk
melepas rumah itu mas, “ sedih P Tri dengan mata yang berkaca-kaca.
Singkat
cerita rumah itu terjual seharga 60 juta di tahun 2009 yang di beli oleh warga
Bali. Hasil penjualan rumah itu tak sepeserpun di bagi kepada P Tri yang
merupakan ayah angkat yang sudah mengasuh dan membesarkan dirinya.
“
Sebenarnya sayang mas jika rumah itu di jual. Dengan ukuran 12 x 15 jika
sekarang bias dua kali lipat bahkan tiga kali lipat. Tapi saya gak berdaya dan
memasrahkan ke Elli unuk dijual, “ tambah
P Tri.
Pasca
penjualan rumah itu, Elli pindah ke tempat lain hingga sekarang. P Tri juga
kesulitan memantau keberadaan Elli yang sudah berkeluarga. Hidup P Tri pun tak
menentu. Terkadang tidur di emperan warga sekitar.
Karena
merasa iba, warga sepakat untuk membuatvtenpat tingal bagi P Tri yang di buat
dari anyaman bamboo sederhana untuk tempat bertedeh dan istirahat bagi P Tri
hingga sekarang.
Kepada
Memo P Tri mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah, muali dari
jatah beras miskin (raskin), bedah rumah, jamkesmas, BLT maupun PSKS yang
terbaru meski dirinya memilki KTP setempat.
Sementara
itu P Anton Ketua RT 2 yang merupakan RT dimana P Tri tinggal kepada Memo
mengatakan, “ Awalnya P Tri itu pendatang mas di sini. Dia warga Tulung agung
yang kemudian menikah dengan B Gati warga gg Kelapa yang sudah memiliki anak
angkat dari kakaknya, “ tuturnya.
Masih
kata P Anton, “ untuk bantuan dari pemerintah memang sulit mas karena masalah
administrasi kependudukan dari P Tri yang tidak segera di urus. Waktu itu masih
ber KTP Tulungagung. Baru saya urus sebulan yang lalu mas dan baru dapat seminggu
sudah ber KTP di sini, “ bebernya.
P
Anton juga menerangkan bahwa selama ini P Tri juga sudah dia bantu yang
dirupakan dengan uang dalam sebulan untuk menambah memenuhi nkebutuhan hidup
sehari-hari P Tri. (dik)