Ada beberapa siswa yang
menjadi petugas pemungutan suara dengan memakai kalung bertuliskan ‘KPPS’
(Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Sisanya menjadi peserta pemungutan
suara. Kegiatan tersebut merupakan simulasi pemungutan suara.
“Saya mengikutsertakan diri menjadi relawan
untuk mengisi kelas inspirasi, di Dusun Ajung Babi, Desa Gunung Malang,
Kecamatan Sumberjambe,” kata Hanafi. Divisi Sosialisasi dan Hubungan Antar
Lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jember, Ahmad Hanafi. Sabtu,
(14/11)
Kelas inspirasi ini
merupakan program Nasional untuk memberikan pengetahuan baru yang menginspirasi
kepada siswa dan siswi di seluruh Indonesia. “Kebetulan, saya mempunyai ide
untuk memperkenalkan dan memaparkan tentang penyelenggara pemilu berikut tugasnya,”
ujar Hanafi.
Dia pun mensimulasikan
kepada siswa tata cara pemungutan suara untuk memilih seorang pemimpin kelas.
Pertama, dia menunjuk dua kandidat untuk menjadi pemimpin kelas. Selanjutnya,
dibentuklah lima siswa sebagai petugas pemungutan suara (KPPS).
“Tata caranya mirip dengan pemungutan suara
pemilu. Para siswa secara bergantian maju menghadap ke KPPS, lalu mencoblos
pemimpin yang dia suka melalui simbol siluet, memasukkan surat suara ke
dalam kotak suara, pemberian tanda tinta seusai pencoblosan hingga penghitungan
suara,” jelasnya.
Namun, lanjut Hanafi,
seluruh rangkaian tersebut dikemas dengan santai layaknya permainan anak – anak
lainnya. Setelah proses pemungutan suara selesai dan didapat pemenangnya,
Hanafi menjelaskan kepada siswa bahwa hal tersebut merupakan tata cara warga
negara Indonesia untuk memilih pemimpinnya.
“Jadi, tugas KPU itu sebagai penyelenggara
pemilihan seorang pemimpin. Mulai memilih Kepala Desa Gunung Malang sampai
memilih Presiden Indonesia. Siapa mau jadi penyelenggara pemilu?,” teriak
Hanafi disambut jawaban ‘Saya !!!!’ oleh seluruh siswa.
Menurut Hanafi, daerah
terpencil memerlukan sosialisasi pendidikan politik. dikarenakan wilayah
tersebut minim akses informasi. Dia juga melihat bahwa cita – cita siswa masih
standar. “Ketika ditanya cita cita, rata – rata mereka menjawab sebagai Guru,
Polisi, Tentara dan Dokter. Padahal ada banyak profesi yang harus mereka kenal,
salah satunya Komisioner KPU,” ungkap Hanafi sembari tersenyum.
Selain menjalani simulasi
pemungutan suara, Hanafi juga memberikan kuis berhadiah. Beberapa pertanyaan
mengenai pendidikan kewarganegaraan Indonesia dilontarkan kepada siswa. ‘Siapa
nama presiden pertama Indonesia?’, ‘Kapan Indonesia merdeka?’, ‘Siapa nama
presiden Indonesia sekarang?’, ‘Gunung Malang ini masuk wilayah Kabupaten
mana?’ Itulah beberapa pertanyaan yang membuat riuh kelas SDN Malang 3 dengan
teriakan jawaban para siswa.
“Saya berharap pendidikan politik dan
kewarganegaraan ini bisa terserap ke dalam diri siswa di SDN Gunung Malang 3
ini. Pasalnya, ini bisa menjadi investasi pendidikan politik yang kelak akan
berguna ketika mereka besar nanti,” terang mantan jurnalis TV ini.
Sementara itu, Kepala
sekolah SDN Gunung Malang 3, Tatiana Kartini mengaku senang dengan
terlaksananya kegiatan tersebut. “Anak – anak sangat antusias mengikuti proses
pembelajaran. Kami sangat berterima kasih kepada seluruh pihak untuk kegiatan
ini,” jelasnya.
Tatiana menyebutkan,
jumlah siswa di Sekolah yang ia pimpin terbilang minim. Hal ini dikarenakan penduduk
sekitarnya yang sangat sedikit dan lokasinya terpencil. Total ada 83 siswa dari
kelas satu hingga kelas enam di SD tersebut.
“Rata – rata siswa per
kelas berjumlah belasan anak. Paling sedikit ada di kelas lima dengan 11 siswa
dan paling banyak ada di kelas satu dengan 17 siswa,” sebut Tatiana.
Dia berharap kegiatan
semacam ini bisa dilakukan lagi. Pasalnya, selain materi sekolah umum, siswa
juga memerlukan pendidikan lain yang tak diajarkan di bangku sekolah seperti
yang diajarkan Hanafi. “Hal tersebut demi tumbuh kembang siswa yang lebih
berwawasan luas dan cerdas,” pungkasnya. (edw)