
Selain
aksi, mahasiswa juga meminta dukungan penolakan melalui tanda tangan di spanduk
dengan menggunakan spidol merah. "Kami menolak segala aktifitas
pertambangan, karena dampaknya sangat berbahaya bagi masyarakat sekitar
tambang," kata Angga Pristiwantoro, koordinator aksi.
Aksi
gabungan tersebut diawali dari Fakultas Pertanian Universitas Jember, setelah
itu para mahasiswa melakukan long march melalui jalur double way Unej, yang
kemudian berkumpul di bundaran DPRD Jember. Para demonstran mengawali aksinya
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan membentangkan sejumlah
poster yang bernada tuntutan.
Dalam
tuntutannya, mahasiswa menolak sejumlah aktifitas pertambangan yang marak di
tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Lumajang. Selain itu, para mahasiswa juga menyerukan
dukungan moral kepada keluarga Salim Kancil, tokoh anti tambang di Desa Selok
Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, yang tewas akibat dikeroyok
belasan orang yang pro tambang beberapa bulan lalu.
Puluhan
Mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal,
menyindir ‘ada Persekongkolan’ antara pemerintah dan pengusaha tambang
yang berbuah kesengsaran terhadap rakyak. Sindiran itu nampak jelas ketika 8
mahasiswa memerankan sebagai petani.
Mereka
membawa karung berisi tanaman yang gagal panen akibat aktifitas pertambangan.
Sebagian diantara petani itu membawa cangkul, sembari mengacungkannya sebagai
bentuk protes kepada dua orang yang tengah duduk disebuah kursi bermeja.
Dua orang
tersebut adalah simbol ‘persekongkolan’ antara pengusaha tambang dan pemerintah
yang memberi ijin atas usaha tambang itu. Selanjutnya, para petani yang terbakar
emosinya mendatangi para mafia tambang. Mereka mengamuk sambil mengangkat
cangkul tinggi-tinggi sembari mengobrak-abvrik meja yang berada di depannya.
Drama ini berakhir dengan pertumpahan darah yang ditandai dengan rubuhnya
pengusaha dan pemerintah tersebut.
"Setelah
aksi ini, kami akan mengirimkan petisi kepada DPRD Jember, yang isinya menolak
seluruh aktifitas pertambangan. Petisi itu juga diikuti oleh teman-teman di
Kabupaten Lumajang dan Banyuwangi yang juga melakukan aksi penolakan,"
ujar Angga. (ruz)