
Roadshow ini merupakan
kegiatan Kesiapan Kendaraan Bermotor Diesel Terhadap Pelaksanaan Mandatori B20
(1 Januari 2016). Di Pesantren pimpinan KH Muzaki Syah di Jalan Manggar itu juga
dilaksanakan show kendaraan yang berbahan bakar B20 atau Biodiesel 20% yang
telah menempuh perjalanan dari Jakarta sejak 27 Januari lalu.
Sebanyak 15 kendaraan
berbagai jenis yang menggunakan bahan bakar Biodiesel 20% (B20) tersebut akan melanjutkan
perjalanan ke berbagai kota di seluruh Jawa antara lain Tegal, Semarang,
Surabaya, Jember, Malang, Solo, Yogyakarta, Dieng, Bandung, Serang, dan Merak.
Perjalanan akan berakhir pada tanggal 5 Februari 2016.
Karena sudah menjadi
program pemerintah dan bertujuan mulia, program sosialisasi B20 patut
memperoleh dukungan masyarakat. Apalagi bahan bakar campuran solar (80 persen)
dan biodiesel (20 persen) tersebut sudah teruji dan lebih ramah lingkungan.
Wakil Asosiasi Produsen
Biodiesel Indonesia (Aprodi), Irma Rahmania, mengungkapkan bahwa biodiesel 20
itu sudah digunakan semua mobil berbahan bakar solar, selama ini tidak terdengar
keluhan. “SPBU yang menjual solar itu sebenarnya biosolar, jika masih
tertulis solar itu hanya karena belum diganti.”. Jelasnya.
Jika saat ini kebutuhan
solar diperkirakan sebesar 16 juta liter maka untuk terwujudnya biodiesel 20
menurut Irma diperlukan sekitar 3,2 juta kilo liter biodiesel dan itu
sudah bisa dipenuhi oleh Aprodi. "Kapasitas terpasang kita 6,8 juta kilo
liter karena itulah kebutuhan untuk biodiesel sangat bisa kita penuhi. Jumlah
kapasitas terpasang itu baru berasal dari 17 perusahaan dari 20
perusahaan yang tergabung di Aprodi”. Tambahnya.
Tahun 2014, pernah
dilakukan uji ketahanan kinerja mesin dengan jarak tempuh 100.000 km dengan
bahan bakar biodiesel 20. “Hasilnya cukup memuaskan, baik kendaraan yang
menggunakan B0 (solar) maupun yang menggunakan B20 tak ada keluhan”. Tambahnya.
Kinerja kendaraan berbahan
bakar B20 tak ada perubahan yang signifikan atau sama dengan B0. “Nah, emisi
gas CO, NOx, HC dari mobil berbahan bakar B20 atau Biodiesel 20% ini ternyata lebih rendah dibandingkan yang
berbahan bakar solar” Pungkasnya. (midd)