
Di wilayah itu berbagai peninggalan masa prasejarah dan klasik ditemukan. “646 Goenoeng Argapoera”, begitu judul dari
catatan yang ditulis oleh DR. RDM Verbeek dalam buku Oudheden Van Java: Lijst Der Voornaamste Overblijfselen uit den
Hindoetijd op Java met Eene Oudheidkundige Kaart tahun 1891.
Dalam
catatan ditemukan berbagai
peninggalan berupa bangunan kotak dan berundak, serta barang antik lain
diketinggian 3040 meter di atas permukaan laut. Demikian diungkapnya Y. Setiyo Hadi, Pengelola
Museum Boemi Poeger dan Rumah Sejarah kepada media ini, Minggu (14/5)
“Diperkirakan bangunan dengan beberapa pintu masuk, berdinding
setinggi antara 2 sampai 3 meter dengan struktur bangunan
berbentuk teras agak mengarah ke selatan yang dibalik dindingnya ditemukan beberapa umpak batu terbuat dari serpihan batu andesit yang runcing itu tempat ibadah umat Hindu”. Jelasnya.
Bahkan,
jauh sebelumnya, Zolinger peneliti Eropa pada tahun 1846 juga menulis peninggalan kuno itu. Dalam tulisan berjudul “Op Tagalan Argapoera lage terrassen met
opgestapelde steenen omzoomd, en een hol” dalam Bijdragen Kennis Gebergte
Systemen Oost Java: Tijdschrijft van Nederland Indie 1846.
Di areal Argopuro
terdapat teras batu yang bertumpuk, dinding
segi empat serta guci / pot yang berlapiskan glasir kebiruan. Informasi yang
diperoleh berdasarkan legenda masyarakat bahwa guci atau pot itu berasal dari
Cina sebelum mereka terlibat dalam
perang (awal Majapahit berdiri).