
Kegiatan
Itulah yang terlihat di persawahan di Desa Sidorejo, Kecamatan Umbulsari, Puluhan
petani sejak pagi menjaga padi disawahnya, teriakan dan lambaikan plastik
berwarna-warni yang diikatkan di sebatang kayu menjadi pemandangan, menghalau ratusan
burung.
"Ya
hanya beginilah setiap pagi dan sore kita harus ke sawah untuk mengusir burung
burung itu, kalau tidak begitu kita bisa gagal panen, kalau hama lainnya
seperti tikus, wereng diberi obat sudah beres, " ungkap Bu Sugianto salah
satu Petani warga setempat Minggu (17/9) Sore.
Namun,
ribuan burung pipit atau yang dikenal warga setempat dengan sebutan burung
Emprit ini, terlihat hanya Lari sebentar dan tak lama lagi burung pemakan Biji
bijian tersebut kembali menyerang padi milik petani, untuk itu petani harus
mengeluarkan tenaga ekstra keras menjaga Padinya.
Di
tempat yang sama, Mbah Gito (65) petani asal Desa Sidomekar yang juga menjaga
padinya, mengatakan ribuan burung emprit tersebut mulai menyerang pada saat
pagi dan menjelang sore hari, Hal itu tentunya membuat dirinya kewalahan untuk
mengusirnya.
"Setiap
pagi mulai pukul 05.30 Wib, saya harus ke sawah mas, kalau tidak, padi bisa ludes,
bisa tinggal tangkainya saja, musim panen kemaren saja, sawah seluas 3/4 hetar,
saya hanya menerima 1.7 juta, padahal Kalau normal seharusnya antara 20 juta,"
ungkap pria Pensiunan PG Semboro ini.
Petani
juga mengikatkan Kaleng - kaleng berisi batu, dengan suara teriakan para petani
bergema, lambaian rumbai rumbai yang terbuat dari kaleng dan Kantong plastik rwarna
warni yang di pasang membentang sepanjang sawah, membuat suasana menjadi ramai.