Situbondo, MAJALAH-GEMPUR.Com. Picu
Prestasi dan Penuhi Standar, Kementrian Agama (Kemenag) Situbondo terus melakukan
berbagai terobosan untuk pembenahan mutu Pendidikan Madrasah.
Hal ini dilakukan agar Madrasah
tidak dipandang ‘jauh dimata sekaligus jauh di hati’ sebelah mata, bahkan bisa
bersaing dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Pasalnya sebagian masyarakat khususnya di Situbondo, terutama yang
tinggal di daerah terpencil.
Mereka masih menganggap keberadaan
madrasah di bawah sekolah-sekolah umum, baik aspek sarana, prasarana maupun
mutu pendidikannya. Akibatnya Madarasah termarjinalkan yang berdampak masyarakat
enngan menyekolahkan anaknya, terutama yang berekonomi menengah keatas.
Image itu tidak boleh
diabaikan, karena membuat orang terpengaruh. “Tentu saja perubahan image ini
tidak bisa serta-merta terwujud manakala persoalan-persoalan kesadaran
masyarakat tidak terbangun”. Demikian diungkapkan Kepala Kemenag Situbondo, Jawa Timur, Drs
Atok ILLah, Rabo (25/10).
Memang banyak siswa-siswi
madrasah berasal dari keluarga petani dan keluarga ekonomi rendah. “Motivasi
rendah, sikap pasif dalam belajar serta kurangnya kesadaran pada pendidikan
yang berorientasi ke masa depan merupakan kendala yang dihadapi dunia
pendidikan madarasah” Terang Atok.
Minimnya sarana dan
prasarana penunjang pendidikan seperti ruang belajar, perpustakaan dan
laboratorium serta rendahnya kualifikasi guru dan kepala madrasah, merupakan
faktor lain. Untuk itu, Kemenag melakukan
pembinaan intensif kepada penggiat pendidikan melalui pemberdayaan Kelompok
Kerja Madrasah (KKM).
Proyek Perubahan Program
Pendidikan Islam di Situbondo akan menjadi bagian rapat kordinasi dengan
Kakanwil Kemenag, juga perubahan dan inovasi yang melibatkan Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) dan Balai Diklat Keagamaan serta seluruh perwakilan dari
madrasah.
Kepala Bidang Pendis juga akan
melakukan perubahan program pembinaan mengenai cara mengelola madrasah yang
baik, menciptakan suasana yang kondusif dan sebagainya. “Sedangkan untuk guru, akan diberi materi kurikulum,
metode mengajar, strategi pembelajaran dan lain sebagainya”, jelasnya.
Sedangkan untuk sarana dan
prasarana akan di kordinasikan dengan kakanwil kementrian agma provinsi untuk
melakuikan rapat kordinasi rehabilitasi /membangun gedung gedung khusus
madrasah tingkat MI di daerah terpencil atau pelosok desa akan
diajukan Ke kakanwil kemenag pusat.
Dengan sejumlah terobosan
itu, bahkan, Madrasah sudah nampak
peningkatananya terutama di perkotaan, mereka sudah mampu berkompetisi, karena
melakukan peningkatan kinerja kepala madrasah, profesionalisme guru, penambahan
kelengkapan sarana dan prasarana serta pembinaan siswa.
Implementasi model
management ini, semakin berat tugas dan tanggung jawab kepala beserta jajaran
guru dalam pengelolaan sistem pendidikan madrasah akan lebih di terapkan
sehingga peningkatan kinerja kepala dan peningkatan profesionalisme guru menjadi
salah satu program prioritas.
Upaya ini untuk
meningkatkan kinerja kepala madrasah dilakukan agar mampu manjalankan fungsinya
dalam merencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengendalian (controlling), sehingga dapat memiliki visi ke
depan dalam meningkatkan mutu madrasah.
“Kepala Madrasah harus
aktif, kreativ dan inovatif, mampu menciptakan suasana kondusif, mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan serta dituntut memiliki ide-ide cemerlang, disamping
kemampuan merangkul, melobi, bekerja sama, mengkoordinasikan dan mengarahkan
semua komponen madrasah”, jelasnya.
“Jika pengelola madrasah
tidak hanya berpangku tangan menanti bantuan, bahkan mampu membuat jejaring
(networking) dengan berbagai pihak, dan mutu pendidikannya bisa bersaing, Saya
yakin masyarakat tidak enggan lagi menyekolahkan anak- anaknya di Madrasah”
Pungksasnya. (edo)