Lombok
Utara, NTB, MAJALAH-GEMPUR.Com. Tangis ratusan pengungsi korban gempa Lombok Utara
NTB pecah usai khutbah Idul Adha Kementrian
Sosial (Kemensos) Republik Indonesia Idrus Marham.
Sementara
itu Salat di tengah tanah lapang di depan tenda-tenda pengungsian berlangsung
khidmat dipimpin imam Ustad M Faiz, dilanjutkan khotbah oleh Menteri Sosial
Idrus Marham. Jamaah terdiri dari pengungsi, berbagai unsur relawan, TNI,
Polri, perwakilan kementerian dan lembaga. (hms).
Tangis pengungsi terjadi usai menyelesaikan khotbah dan memimpin doa bersama. “Sabar ya, Mak. Kita harus
sabar,” ujar Nur Rohmah (35) seraya memeluk ibunya yang menangis di atas
hamparan terpal alas salat, sambil menggenggam mukenahnya, sang ibu terus
menitikkan air mata. Rabu
(22/8/2018)
pagi
.
Di shaf lain tampak ibu-ibu memeluk anak-anak
perempuannya.
Suasana haru ini juga terjadi diantara jamaah pria. “Terharu
rasanya, tidak menyangka tahun ini salat Iduladha di pengungsian. Tidak punya
rumah, harta benda, tapi saya bersyukur kami sekeluarga selamat,” tutur Nur di Posko Induk Kecamatan Tanjung.
.
Menurut
Mensos, Idrus Marham bahwa Hari ini, seluruh umat Islam, menyerukan
takbir dan tahmid, memuji keagungan-Nya, dengan sadar dan ikhlas menyatakan kelemahan,
berpasrah diri, memohon pengampunan, perlindungan dan pertolongan-Nya,” kata Menteri mengawali
khotbahnya,
Iduladha katanya mengingatkan kita akan kisah
Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS terhadap ujian keimanan dan ketaqwaan. “Nabi
Ibrahim AS telah menikah lama, belum punya anak. Kemudian beliau berdoa dengan
penuh kesabaran hingga akhirnya memiliki keturunan di usia menjelang 90 tahun”, lanjutnya.
Kemudian Allah
memberikan putra Nabi Ismail AS. Namun ketika ia mulai tumbuh besar, turun
perintah Allah yang mungkin sangat berat dan berbeda dengan harapan. Di saat
Nabi bersuka cita memiliki anak diminta untuk menyembelih anaknya.
Hal ini, merupakan ujian keimanan, ujian
ketaqwaan, ujian kesabaaran dan ujian keikhlasan. “Ibrahim menerima perintah tersebut
karena dilandasi prinsip hidup Tauhid yang kuat; kedua, perintah sebuah ibadah,
tanpa pamrih; ketiga, tawakkal dan tidak pernah berputus asa,” terangnya.
Meski cobaan berat
menimpa, harus tetap bersyukur, karena Allah tetap menganugerahkan iman dan
Islam sebagai landasan hidup. “Kita semua harus yakin bahwa iman dan Islam
adalah karunia yang tak terhingga nilainya, dan menjadi kekuatan dahsyat menghadapi
segala tantangan dan ujian apapun bentuknya”, jelasnya.
Sebagai umat Allah SWT, umat Islam harus yakin bahwa
hanya dengan iman yang kuat, agar bisa berdiri di segala medan. Hanya dengan
iman maka manusia memiliki semangat, kesabaran, keikhlasan, dan tawakal,
sehingga mampu bangkit menghadapi setiap musibah dan ujian.
Gempa
bumi di Lombok
merupakan ujian dan takdir Allah SWT. “Sebagaimana firman Allah SWT, Al Qur’an (Al Mulk) Ayat 2 yakni Allah yang menjadikan mati dan
hidup, supaya dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya,
dan Dia Maha Perkasa ladi Maha Pengampun,” paparnya.
Ia menjelaskan Allah menguji hambaNya yang
beriman melalui berbagai cara untuk mengetahui kualitas keimanannya. Ada yang
diuji dengan kekayaan dan harta benda yang melimpah, ada yang diuji dengan
pangkat dan jabatan, ada yang diuji dengan kemiskinan, serta ada yang diuji
dengan bencana.
“Sebagai umat yang beriman, maka kita harus
mampu menghadapi semua jenis ujian tersebut sesuai dengan apa yang
disyari’atkan Allah SWT dan yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim As dan Nabi
Ismail As,” kata mantan Ketua
Dewan Pembina Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) ini.
.
Untuk itu dalam
menghadapi musibah sebagai ujian keimanan kepada Allah SWT, jangan pernah
berhenti meminta pertolongan-Nya, karena apabila Allah telah menolong hamba-Nya
tidak akan ada yang dapat mengalahkannya.