![]() |
Dua orang terlibat bentrok dan dilerai oleh warga lainnya, kredit foto: Takril/MG |
Jember,
MAJALAH-GEMPUR.Com – Hanya karena tidak sepakat dengan keputusan Kepala Desa
Kepanjen yang baru, memberhentikan petugas pengatur saluran irigasi atau
ulu-ulu, sekelompok warga menutup saluran irigasi dengan dicor. Akibatnya,
ratusan hektar sawah milik petani terdampak tidak mendapatkan air, merasa perlu
mendapatkan air, puluhan petani mengadu ke Kepala Desa dengan mendatangi Kantor
Desa, mereka meminta penutupan saluran irigasi segera dibuka, Senin 2 Desember
2019.
Petugas
pengatur saluran irigasi, Hali diberhentikan tanpa sebab dan musyawarah lebih
dulu dengan warga. Selama ini, Hali dinilai pekerja keras dan profesional.
Tidak terima Hali diberhentikan, sekelompok warga menutup saluran irigasi.
Ditutupnya saluran irigasi, membuat sawah petani kebingungan air, oleh sebab
itu mereka mendatangi Kantor Desa Kepanjen guna mengadu kepada Kepala Desa
supaya penutupan saluran irigasi segera dibuka. Tak lama berselang, mereka
bersama Kepal Desa membuka saluran irigasi yang telah ditutup dengan dicor.
Karena
dibuka, sekelompok warga yang pro dan kontra dengan penutupan saluran irigasi
terlibat adu mulut. Bahkan, ada yang terlihat akan mengeluarkan sebilah senjata
tajam, namun beruntung dilerai lebih dulu oleh aparat dan warga lainnya. Ada
tiga lokasi saluran irigasi yang ditutup dan kini telah dibuka. H. Buhari salah
satu warga yang mencegah pembongkaran cor penutup saluran irigas mengatakan,
masyarakat di sini memang sudah mengetahui jika ulu-ulu yang diberhentikan
seorang pekerja keras sehingga banyak petani yang senang kepadanya. "Kenapa
kok di berhentikan tanpa koordinasi dan musyawarah, langsung diganti orang
lain. Jadi, lebih baik kalau ada masalah seperti ini tutup saja," kata H. Buhari.
Menurut Saiful
Mahmud, Kepala Desa Kepanjen, alasan warga menutup saluran irigasi ini karena
tidak setuju atas pemberhentian Hali sebagai ulu-ulu dan mereka menyatakan
tidak membutuhkan air di saluran itu untuk sawah mereka. Padahal, tidak sedikit
masyarakat lainya membutuhkan air ini. "Sekarang ini air lagi sangat dibutuhkan,
malah tadi ada yang terlanjur ndaud (menanam padi) besok ini mau tanam, ini
marah-marah. Padahal, dia belum siap membuat sumur alternatif jika tidak ada
air," ungkap Mahmud.
Jika saluran
air irigasi di tutup, sambung Mahmud, dipastikan ada ratusan hektar sawah milik
petani tidak bisa menanam padi pada musim padi tahun ini. Atas permasalahan
ini, pihaknya akan mengambil langkah-langkah mediasi. "Kita undang
instansi terkait jalan keluarnya, sehingga tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan,
maunya seperti itu," sebutnya. Mahmud menghimbau supaya masyarakat diam
dulu menahan diri, agar dimediasi untuk menyelesaikan masalah ini, Mahmud tidak
ingin ada gejolak lagi.
Sementara
Kanit Reskrim Polsek Gumukmas, Bripka Dedi mengatakan, “Untuk ini kita berikan
pemahaman kepada kedua belah kubu, baik yang pro maupun kontra tentang penggunaan
saluran irigasi yang ditutup dengan menggunakan cor-coran. "Dalam hal ini kita
lakukan koordinasi dengan Kepala Desa untuk berkoordinasi lebih lanjut kepada
pihak muspika dalam hal ini Dinas Pengairan," kata Dedi. Dia Menambahkan, pihak
keamanan akan turun untuk memberikan pemahaman agar tidak membuat provokasi
dengan adanya isu-isu terkait dengan masalah saluran irigasi ini
"Untuk
perkembangan di lapangan kita akan lakukan deteksi dini dan monitoring untuk
mencegah terjadinya gerakan spontanitas dari warga yang tidak setuju dengan
ditutupnya saluran oleh warga lainnya," katanya. (RF/Kril)